
Pantau - Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto mendorong Kementerian Kesehatan agar memberikan alokasi khusus pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Zainoel Abidin di kota Banda Aceh, Provinsi Aceh.
Alokasi khusus tersebut terkait pemberian dukungan untuk pengembangan rumah sakit agar dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Aceh. Sehingga, masyarakat Aceh yang tidak memilih untuk berobat ke Malaysia.
“Saya kira dokter spesialis yang merupakan keluhan utama di rumah sakit Zainoel, merupakan prioritas, yang itu yang menjadi headline dari undang-undang kesehatan yang kemarin kita bahas,'' kata Edy dalam keterangan tertulis, Kamis (20/7/2023).
''Jadi saya tadi menyampaikan (agar) dimungkinkan Aceh ditambah pendidikan dokter spesialisnya dan dimungkinkan juga Rumah Sakit Zainoel Abidin menjadi penyelenggara bekerja sama dengan perguruan tinggi yang memiliki fakultas kedokteran,” sambungnya.
Adanya kerja sama tersebut diharapkan nantinya dapat memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yakni dokter spesialis bahkan bukan hanya di RSUD Dr. Zainoel Abidin tetapi juga seluruh Rumah Sakit yang ada di wilayah Provinsi Aceh.
Kemudian, lantaran RSUD Dr. Zainoel Abidin memiliki keunggulan pada kardiovaskular, cancer dan ginjal, maka Edy juga mendukung penambahan alat seperti CT-Scan dan MRI untuk pentingnya diagnosis.
“Memang rumah sakit ini setiap hari menerima sejumlah 103 pasien, tapi jumlah tempat tidurnya hanya 40. Artinya ada separuh pasien lebih, itu ketika masuk IGD pasti penuh,'' ucapnya.
''Nah ini yang mengancam keselamatan jiwa orang. Nah kami tidak ingin, maka kami mendorong Kemenkes untuk menambah alokasi dana, alokasi khusus untuk rumah sakit Zainoel Abidin agar IGD nya ditambah kapasitasnya untuk melayani masyarakat,” lanjutnya.
Eddy menuturkan, pengembangan ini penting dilakukan agar masyarakat dapat terlayani dengan baik. “Dan yang lebih penting, rumah sakit ini dekat dengan Malaysia, jangan sampai juga orang Aceh malah lari ke Malaysia,'' tuturnya.
Maka penting ada pengembangan jangka panjang agar memiliki standar yang lebih tinggi, memenuhi ekspektasi bukan hanya menengah ke bawah tapi juga menang ke atas, untuk menghindari agar mereka tidak berobat ke Malaysia,” pungkasnya.
Alokasi khusus tersebut terkait pemberian dukungan untuk pengembangan rumah sakit agar dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Aceh. Sehingga, masyarakat Aceh yang tidak memilih untuk berobat ke Malaysia.
“Saya kira dokter spesialis yang merupakan keluhan utama di rumah sakit Zainoel, merupakan prioritas, yang itu yang menjadi headline dari undang-undang kesehatan yang kemarin kita bahas,'' kata Edy dalam keterangan tertulis, Kamis (20/7/2023).
''Jadi saya tadi menyampaikan (agar) dimungkinkan Aceh ditambah pendidikan dokter spesialisnya dan dimungkinkan juga Rumah Sakit Zainoel Abidin menjadi penyelenggara bekerja sama dengan perguruan tinggi yang memiliki fakultas kedokteran,” sambungnya.
Adanya kerja sama tersebut diharapkan nantinya dapat memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yakni dokter spesialis bahkan bukan hanya di RSUD Dr. Zainoel Abidin tetapi juga seluruh Rumah Sakit yang ada di wilayah Provinsi Aceh.
Kemudian, lantaran RSUD Dr. Zainoel Abidin memiliki keunggulan pada kardiovaskular, cancer dan ginjal, maka Edy juga mendukung penambahan alat seperti CT-Scan dan MRI untuk pentingnya diagnosis.
“Memang rumah sakit ini setiap hari menerima sejumlah 103 pasien, tapi jumlah tempat tidurnya hanya 40. Artinya ada separuh pasien lebih, itu ketika masuk IGD pasti penuh,'' ucapnya.
''Nah ini yang mengancam keselamatan jiwa orang. Nah kami tidak ingin, maka kami mendorong Kemenkes untuk menambah alokasi dana, alokasi khusus untuk rumah sakit Zainoel Abidin agar IGD nya ditambah kapasitasnya untuk melayani masyarakat,” lanjutnya.
Eddy menuturkan, pengembangan ini penting dilakukan agar masyarakat dapat terlayani dengan baik. “Dan yang lebih penting, rumah sakit ini dekat dengan Malaysia, jangan sampai juga orang Aceh malah lari ke Malaysia,'' tuturnya.
Maka penting ada pengembangan jangka panjang agar memiliki standar yang lebih tinggi, memenuhi ekspektasi bukan hanya menengah ke bawah tapi juga menang ke atas, untuk menghindari agar mereka tidak berobat ke Malaysia,” pungkasnya.
- Penulis :
- Sofian Faiq