Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Peneliti UGM Klaim Suspek Japanese Encephalitis di Kulon Progo Tak Terkait Wolbachia

Oleh Yohanes Abimanyu
SHARE   :

Peneliti UGM Klaim Suspek Japanese Encephalitis di Kulon Progo Tak Terkait Wolbachia
Foto: Teknologi Wolbachia. ANTARA/HO-Kemenkes/pri.

Pantau – Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) mengklaim suspek virus japanese encephalitis (JEV) di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta tidak ada kaitannya dengan program nyamuk wolbachia. Narasi yang mengaitkannya, bahkan ia sebut sebagai hoaks alias berita tidak benar.

"Pertama, berita ini hoaks. Lima kasus suspek JE tersebut (di Kulon Progo) setelah dilakukan pemeriksaan lab cairan otak, dengan menggunakan tes serologi anti JE, tidak terbukti infeksi JE," kata Peneliti Nyamuk Ber-Wolbachia di Pusat Kedokteran Tropis UGM, Dr Eggi Arguni, MSc, PhD, SpA(K) dikonfirmasi Pantau.com dari Jakarta, Kamis (30/11/2023).

Eggi kemudian menjelaskan, lima kasus tersebut masuk dalam sistem surveilans. “Ini merupakan sistem dari Kemenkes yang menjaring semua pasien-pasein anak yang masuk ke Rumah Sakit dengan klinis infeksi otak atau meningoensefalitis,” papar dia.

Sistem itu dilalui sebelum kemudian dilakukan pemeriksaan di laboratorium rujukan. “Vektor (nyamuk pembawa virus) JE berasal dari dari nyamuk culex, bukan dari aedes aegypti. Jadi, kedua, vektor JE adalah nyamuk culex bukan aedes aegypti," jelas Eggi.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kulon Progo, Rina Nuryati mengatakan, suspek JEV ditemukan di Kabupaten Kulon Progo, DIY. Virus penyebab radang otak ini dilaporkan menginfeksi lima orang anak, salah satunya meninggal dunia.

"Iya benar tahun ini kami menemukan lima anak suspek JE, satu di antaranya meninggal dunia. Ini bukan temuan baru karena tahun lalu juga ada temuan enam suspek, tapi seluruhnya dinyatakan negatif," ungkap Rina, di Kulon Progo, Selasa (14/11/2023).

Rina mengatakan temuan ini merupakan hasil dari kegiatan surveilans virus JE yang rutin digelar Dinkes Kulon Progo. Dalam pelaksanaannya, petugas memeriksa kondisi kesehatan masyarakat, khususnya yang mengalami gejala mirip JE seperti demam tinggi, kejang, dan penurunan kesadaran.

Dalam kasus Kulon Progo itu, Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari meminta pemerintah melalui Kementerian Kesehatan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait pertanyaan, apakah ada hubungan dan pengaruh antara program nyamuk berwolbachia dengan suspek JEV di Kulon Progo. Jawaban dari pertanyaan ini dinilainya sangat penting untuk mengantisipasi efek samping dari program nyamuk berwolbachia dalam jangka panjang.

Dalam upaya menurunkan jumlah kasus penularan demam berdarah dengue (DBD) melalui nyamuk aedes aegypti, terdapat tiga transmisi wolbachia pada jenis nyamuk tersebut. Pertama, terjadi saat nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan nyamuk betina ber-Wolbachia sehingga penetasan telur menghasilkan nyamuk ber-Wolbachia.

Kedua, nyamuk jantan tak ber-Wolbachia kawin dengan betina ber-Wolbachia sehingga tetasan telur menghasilkan nyamuk ber-Wolbachia. Ketiga, terjadi saat nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan betina tidak ber-Wolbachia sehingga telur tidak akan menetas.

Penulis :
Yohanes Abimanyu
Editor :
Ahmad Munjin