
Pantau - Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), melaporkan penurunan signifikan jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) pada tahun 2025 dibandingkan tahun sebelumnya.
Penurunan Kasus Capai 83 Persen, Fokus pada Dua Kecamatan
Hingga 6 November 2025, tercatat 96 kasus DBD di Manggarai Barat.
Jumlah ini jauh menurun dibanding periode yang sama tahun 2024 yang mencatat 584 kasus.
Artinya, terjadi penurunan sebanyak 488 kasus atau sekitar 83 persen dari tahun sebelumnya.
Kepala Dinas Kesehatan Manggarai Barat, Adrianus Ojo, menyebut penurunan ini sebagai hasil keberhasilan berbagai upaya pencegahan dan pengendalian.
Namun, ia tetap mengingatkan pentingnya meningkatkan kewaspadaan, terutama menjelang musim hujan yang menjadi masa rawan penularan DBD karena kondisi lingkungan yang mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
Analisis distribusi menunjukkan bahwa 85,4 persen dari total kasus DBD tahun ini terkonsentrasi di dua wilayah:
- Kecamatan Komodo dengan 68 kasus (70,8 persen)
- Kecamatan Lembor dengan 14 kasus (14,6 persen)
Sementara delapan kecamatan lainnya seperti Boleng, Welak, Mbeliling, Lembor Selatan, Macang Pacar, Kuwus, dan Sano Nggoang mencatat jumlah kasus yang sangat rendah.
Strategi Pengendalian Terfokus dan Kolaboratif
Dinkes Manggarai Barat menerapkan strategi pengendalian berbasis diferensiasi prioritas, dengan konsentrasi sumber daya di wilayah dan waktu berisiko tinggi.
Fokus utama diarahkan ke Kecamatan Komodo dan Lembor, terutama menjelang dan selama puncak musim hujan.
Langkah strategis yang diterapkan meliputi:
- Pelaksanaan gerakan 3M Plus (menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas) secara serentak dan intensif.
- Penguatan sistem deteksi dini dengan penyelidikan epidemiologi (PE) dalam waktu 1x24 jam di dua kecamatan utama.
- Fogging selektif dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan lapangan.
- Pengaktifan kembali juru pemantau jentik (jumantik) di setiap rumah.
Pelibatan sektor pendidikan, pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup, dan tokoh masyarakat untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pemberantasan sarang nyamuk.
Seluruh puskesmas dan fasilitas layanan kesehatan di wilayah ini dipastikan siap menangani pasien bergejala DBD.
Sistem rujukan ke rumah sakit juga disiagakan jika penanganan lanjutan dibutuhkan.
“DBD adalah penyakit yang berisiko tinggi menyebabkan kejadian luar biasa (KLB), sehingga seluruh elemen masyarakat diharapkan berpartisipasi aktif menjaga lingkungan tetap bersih dan bebas jentik, dan jika mengalami demam tinggi mendadak, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat dan jangan tunda pengobatan,” ungkap Adrianus Ojo.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Tria Dianti







