Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Kementan Perkuat Stabilitas Harga Telur dan Dukung Keberlanjutan Peternak Rakyat

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

Kementan Perkuat Stabilitas Harga Telur dan Dukung Keberlanjutan Peternak Rakyat
Foto: Produksi telur nasional meningkat, Kementerian Pertanian jaga stabilitas harga dan serapan hasil peternak.

Pantau - Kementerian Pertanian (Kementan) terus memperkuat serapan dan stabilisasi harga telur ayam ras di tingkat peternak sebagai langkah menjaga keseimbangan ekosistem perunggasan dan keberlanjutan usaha peternakan rakyat.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Agung Suganda menyampaikan hal ini saat kunjungan kerja ke Rumah Kebersamaan Peternak Layer Mandiri di Blitar, Jawa Timur.

Indonesia kini menjadi produsen telur terbesar ketiga di dunia setelah China dan Jepang, dengan potensi produksi nasional mencapai 6,52 juta ton atau setara 104,17 miliar butir.

Capaian ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam produktivitas peternak yang dipicu oleh peningkatan performa genetik ayam ras petelur, pemanfaatan teknologi kandang tertutup (closed house), serta implementasi program Ayam Merah Putih yang membentuk klaster peternakan ayam di desa-desa untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Sementara kebutuhan telur nasional mencapai 6,22 juta ton, terdapat surplus sekitar 295 ribu ton atau 4,5 persen.

Surplus ini membuka peluang besar untuk memperluas program MBG, memperkuat peran UMKM peternakan, serta meningkatkan pemerataan distribusi telur antarwilayah.

Antisipasi Fluktuasi Harga dan Dorongan Intervensi Pasar

Kementan terus memantau dinamika pasar secara kolaboratif dan responsif.

“Produksi telur nasional mengalami peningkatan yang luar biasa. Ini adalah potensi besar yang harus dikelola dengan baik agar memberi manfaat maksimal bagi peternak dan masyarakat,” ujar Agung Suganda.

Meski produksi meningkat, tantangan tetap ada, terutama fluktuasi harga pasca-Lebaran yang dipicu penurunan permintaan hingga 30 persen.

Tekanan harga paling dirasakan di sentra-sentra produksi.

Untuk menanggapi hal ini, Kementan menerbitkan surat edaran tertanggal 11 April 2025 yang memperkuat pengawasan terhadap peredaran telur fertil dan infertil untuk konsumsi, sejalan dengan Permentan Nomor 10 Tahun 2024 guna menjaga psikologis pasar.

Selain itu, Kementan mendorong perusahaan pakan (feedmill) untuk ikut membantu peternak UMKM agar tidak melakukan panic selling saat harga anjlok.

Percepatan implementasi program MBG juga didorong.

Satu dapur MBG rata-rata membutuhkan 195 kilogram telur per hari atau sekitar 3,9 ton per bulan, yang berpotensi besar menyerap hasil produksi peternak rakyat.

Kementan mengusulkan agar penyerapan telur rakyat dilakukan oleh koperasi pegawai instansi pemerintah pusat dan daerah, serta dimasukkan dalam program Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) oleh Badan Pangan Nasional.

Penyerapan ini akan mendukung pelaksanaan MBG dan penanganan stunting.

Pemerintah daerah juga diminta untuk memfasilitasi distribusi telur dari sentra produksi ke wilayah defisit.

Skema pertukaran telur dengan jagung dari daerah lain pun sedang dipertimbangkan untuk menekan ongkos distribusi dan meningkatkan efisiensi logistik.

“Kementan siap membantu memfasilitasi dari sisi teknis persyaratan lalu lintas telurnya,” ujar Agung.

Kementan juga menegaskan bahwa kekompakan peternak rakyat menjadi kunci utama menjaga stabilitas harga.

Peternak layer mandiri diimbau tidak melakukan panic selling dan diminta bersama-sama menjaga harga tetap sehat di pasar.

“Dengan 95 persen produksi telur nasional berasal dari peternak mandiri, Kementerian Pertanian memastikan bahwa keberpihakan terhadap peternakan rakyat tetap menjadi prioritas,” tegasnya.

Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, peternak, dan pelaku usaha, sektor unggas nasional diharapkan terus tumbuh sebagai tulang punggung ketahanan pangan Indonesia.

Penulis :
Arian Mesa

Terpopuler