HOME  ⁄  Nasional

Kolaborasi Jadi Kunci: Industri Pakan Diminta Bantu Serap Ayam Hidup dari Peternak Rakyat

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Kolaborasi Jadi Kunci: Industri Pakan Diminta Bantu Serap Ayam Hidup dari Peternak Rakyat
Foto: Kementan dorong industri pakan serap ayam hidup peternak untuk jaga harga dan keberlanjutan usaha(Sumber: ANTARA/HO-Humas Kementan)

Pantau - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pelaku industri pakan dan rantai pasok perunggasan untuk menyerap ayam hidup (livebird) dari peternak rakyat demi menjaga keberlanjutan usaha dan stabilitas harga di tingkat produsen.

"Langkah ini penting untuk menjaga keberlanjutan usaha peternakan unggas sekaligus menstabilkan harga ayam di tingkat produsen," ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda.

Menurut Agung, stabilisasi harga livebird membutuhkan gotong royong lintas sektor, termasuk dari perusahaan pakan terintegrasi, pabrik pakan non-budidaya, hingga pedagang bahan baku pakan.

“Kepada perusahaan pakan terintegrasi, saya minta untuk terus melakukan penyerapan ayam besar. Kepada pabrik pakan non-budidaya, saya juga meminta kontribusinya untuk menyerap livebird," tegasnya.

Ia menekankan bahwa semua bentuk dukungan harus dilaporkan ke Ditjen PKH sebagai bentuk komitmen nyata.

"Termasuk kepada para trader bahan pakan unggas, Saudara-Saudara juga kami minta ikut menyerap ayam dari peternak karena Saudara adalah bagian dari mata rantai bisnis pakan,” kata Agung.

Unggas Jadi Sumber Protein Utama, Kolaborasi Diperlukan Jaga Keseimbangan

Agung menjelaskan bahwa pangan hewani berbasis unggas kini menjadi pilihan utama masyarakat dalam memenuhi kebutuhan protein karena lebih terjangkau.

Berdasarkan data partisipasi konsumsi tahun 2024, sebanyak 94 dari 100 penduduk mengonsumsi telur ayam, 66 mengonsumsi daging ayam, dan hanya 7 yang mengonsumsi daging sapi.

“Dengan variabilitas pendapatan masyarakat, protein hewani berbasis unggas ini menjadi pilihan yang lebih terjangkau,” ujarnya.

Namun, Agung mengingatkan bahwa biaya pakan yang mencapai lebih dari 70 persen dari total biaya budidaya unggas bisa menjadi beban berat bagi peternak, apalagi jika tidak diimbangi dengan harga jual ayam hidup yang layak.

Produksi pakan nasional tahun 2024 mencapai 18,4 juta ton, dengan 97 persen di antaranya merupakan pakan unggas.

"Jika peternak berhenti produksi maka permintaan terhadap pakan juga akan menurun, dan itu merugikan semua pihak,” ungkap Agung.

Direktur Pakan Ditjen PKH, Nur Saptahidhayat, menambahkan bahwa intervensi terhadap harga livebird dan distribusi pakan hanya efektif bila dilakukan secara kolaboratif oleh semua pemangku kepentingan.

Nur menekankan pentingnya empati pelaku industri pakan terhadap nasib peternak sebagai mitra utama.

“Kami menunggu komitmen konkret Saudara-Saudara. Ini bukan sekadar soal bisnis, tapi juga soal keberlanjutan pangan nasional,” ujarnya.

Penulis :
Balian Godfrey