
Pantau - Pemerintah Indonesia mempercepat pengembangan industri semikonduktor dan kecerdasan artifisial (AI) sebagai strategi nasional untuk menciptakan mesin pertumbuhan ekonomi baru berbasis teknologi digital.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa kedua sektor ini merupakan kunci dalam transformasi ekonomi nasional menuju era digital dan akan menjadi pilar utama pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) ke depan.
“Semikonduktor dan AI merupakan salah satu engine of growth yang akan dikembangkan dalam beberapa tahun ke depan,” ujar Airlangga.
Bentuk Satgas, Dorong SDM dan Infrastruktur AI Nasional
Untuk mendorong percepatan ini, pemerintah telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pengembangan Ekosistem Semikonduktor dan AI yang berada di bawah koordinasi Kemenko Perekonomian.
Satgas bertugas membangun ekosistem dari hulu ke hilir, mulai dari desain chip, pelatihan sumber daya manusia, pengembangan pusat data, hingga dukungan pada fasilitas assembly, testing, and packaging (ATP) yang sudah dimulai di Batam.
Pemerintah juga fokus pada penguatan sumber daya manusia melalui beasiswa jenjang S1–S3 di bidang STEM, pelatihan vokasi, serta riset kolaboratif dengan institusi luar negeri seperti Arizona State University dan Purdue University di AS, serta universitas di Singapura.
“Pemerintah memastikan jumlah investasi di sektor ini akan terus ditingkatkan seiring dengan perluasan ekosistem industrinya,” tambah Airlangga.
AI Jadi Pilar Produktivitas, Ekonomi Digital Diproyeksi Naik Enam Kali Lipat
Airlangga menegaskan bahwa AI tidak hanya berfungsi sebagai alat otomatisasi, tapi juga berpotensi mendorong produktivitas lintas sektor dan menciptakan lapangan kerja baru berbasis teknologi.
Indonesia saat ini telah memiliki pusat data AI di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nongsa, Batam, yang diproyeksikan menjadi salah satu pusat pertumbuhan industri AI nasional.
Saat ini, pemerintah tengah menyusun peta jalan pengembangan industri semikonduktor dan AI secara komprehensif.
Indonesia menargetkan menjadi ekonomi digital terbesar di ASEAN, dengan proyeksi nilai ekonomi digital mencapai 150 miliar dolar AS pada 2025 dan melonjak menjadi 600 miliar dolar AS pada 2030.
Secara regional, penerapan Digital Economy Framework Agreement (DEFA) diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi digital ASEAN dari 1 triliun dolar menjadi 2 triliun dolar AS pada dekade mendatang.
- Penulis :
- Gian Barani
- Editor :
- Gian Barani








