
Pantau - Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) bersama Yayasan Kapita Selekta Mohammad Natsir mengumumkan rencana pembuatan film yang mengangkat perjalanan hidup Mohammad Natsir, pahlawan nasional yang dikenal sebagai negarawan, ulama, pendidik, dan jurnalis.
Ketua Umum DDII Adian Husaini menyampaikan bahwa film ini akan diproduksi oleh Erick Yusuf, seorang dai kreatif, pimpinan pesantren, sekaligus seniman yang telah dikenal luas dalam dunia dakwah dan industri kreatif.
"Natsir bukan hanya brilian dalam gagasan dan pemikirannya tentang konsep-konsep pendidikan, kenegaraan dan kebangsaan, melainkan juga sangat cemerlang dalam keteladanan baik dari sisi perkataan, sikap, perilaku, hingga perbuatan. Natsir merupakan negarawan, dai, dan guru teladan bagi bangsa," ungkap Adian.
Dari Solok ke Panggung Dunia: Jejak Seorang Tokoh Utama NKRI
Mohammad Natsir, bergelar Datuk Sinaro Panjang, lahir di Kabupaten Solok, Sumatra Barat.
Ia merupakan tokoh utama dalam sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, terutama saat memimpin Fraksi Partai Masyumi dan mengajukan mosi integral pada 3 April 1950.
Mosi tersebut berhasil mengembalikan bentuk negara dari Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi NKRI, menyatukan kembali wilayah Indonesia yang sebelumnya terpecah menjadi negara bagian.
Ketokohan Natsir diakui secara nasional dan internasional, terbukti dari sejumlah penghargaan bergengsi yang diterimanya, antara lain:
- Grand Gordon Star dari Raja Tunisia
- King Faisal International Prize dari Kerajaan Arab Saudi
- Doktor Honoris Causa dari Universitas Islam Lebanon
- Gelar kehormatan dalam sastra dari Universitas Kebangsaan Malaysia
- Gelar kehormatan dalam pemikiran Islam dari Universitas Sains Malaysia
Tantangan Produksi dan Keteladanan yang Ingin Diangkat
Erick Yusuf menjelaskan bahwa mengangkat sosok Natsir ke layar lebar bukanlah hal mudah.
"Film ini ingin menghadirkan kisah utuh seorang tokoh tentang keikhlasannya dalam berjuang, kesederhanaannya dalam memimpin, dan keberaniannya dalam menegakkan kebenaran meskipun harus menanggung risiko yang besar," katanya.
Menurutnya, produksi film harus menjaga akurasi sejarah, menghadirkan nilai dengan estetika, dan menyampaikan keteladanan sosok pahlawan dengan kejujuran.
Putri Mohammad Natsir, Aisyatul Asriah, menyampaikan bahwa di balik peran besarnya untuk bangsa, ayahnya adalah sosok kepala keluarga dan pelindung yang luar biasa.
Sejak dini, Natsir menanamkan nilai adab dan akhlak mulia kepada anak-anaknya, seperti kerendahan hati, kesederhanaan, kesantunan, dan kedisiplinan.
- Penulis :
- Aditya Yohan