
Pantau - PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI) bersama Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan dan Dinas Perhubungan Kota Semarang melakukan uji coba sistem panic button di perlintasan sebidang Jalan Madukoro (JPL Nomor 6), Semarang, Jawa Tengah.
Sistem Panic Button Jadi Langkah Strategis Cegah Kecelakaan
Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, menyatakan bahwa sistem ini dirancang sebagai respons terhadap tingginya potensi kecelakaan di perlintasan sebidang, terutama di wilayah perkotaan yang padat seperti Semarang.
"Seiring meningkatnya kecepatan kereta api yang kini bisa mencapai 120 km/jam, sistem keselamatan tambahan menjadi semakin krusial", ungkapnya.
Sistem panic button terdiri dari tiga komponen utama, yaitu tombol darurat, panel kontrol, serta lampu dan sirine peringatan.
Tombol darurat dipasang di pos penjaga perlintasan dan terhubung langsung dengan sistem peringatan audio-visual yang dipasang masing-masing sejauh 1 kilometer di sisi kiri dan kanan lintasan.
Dalam kondisi normal, lampu indikator dalam sistem ini tidak menyala, menandakan jalur lintas aman.
Namun ketika tombol darurat ditekan—misalnya saat terdapat kendaraan mogok atau rintangan lain di lintasan—sistem akan secara otomatis mengaktifkan lampu merah berkedip dan membunyikan sirine.
"Ini menjadi sinyal kuat bagi masinis bahwa kondisi tidak aman dan perlu dilakukan pengereman darurat", jelas Anne.
Rancang bangun sistem ini mempertimbangkan jarak pengereman optimal agar masinis memiliki waktu cukup untuk menghentikan kereta secara aman.
Teknologi ini menjadi bagian dari strategi besar KAI dalam modernisasi sistem keselamatan transportasi rel.
“Lewat sistem panic button, KAI ingin menghadirkan solusi praktis dan terukur dalam mencegah kecelakaan. Ini jadi langkah nyata kami untuk menghadirkan perjalanan yang makin aman, selamat dan andal”, ujarnya.
Semarang Jadi Lokasi Uji Coba, Diharapkan Jadi Standar Nasional
Selain menyediakan alat bantu teknis, sistem panic button juga memperkuat peran petugas jaga perlintasan dalam merespons keadaan darurat secara cepat dan tepat.
Pemilihan Semarang sebagai lokasi uji coba didasarkan pada kompleksitas lalu lintasnya yang dinamis dan tingginya interaksi antar moda transportasi.
Dengan meningkatnya frekuensi perjalanan kereta api di wilayah tersebut, sistem ini diharapkan menjadi model yang bisa diterapkan di perlintasan sebidang lain yang memiliki risiko kecelakaan tinggi.
KAI juga aktif menjalin kerja sama dengan instansi pemerintah dan masyarakat untuk mengedukasi pentingnya kedisiplinan dalam berlalu lintas di area perlintasan.
Kampanye keselamatan pun terus digencarkan baik secara online maupun offline guna meningkatkan kesadaran publik.
"Keselamatan bukan hanya soal teknologi, tapi juga budaya. Maka kami terus berinovasi dan melibatkan semua pihak demi mewujudkan perlintasan yang lebih aman bagi semua pengguna jalan dan pelanggan kereta api", ia mengungkapkan.
- Penulis :
- Arian Mesa