Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Stasiun Lidah Tanah di Serdang Bedagai Kini Layani Penumpang, Tetap Pertahankan Keaslian Bangunan Kolonial

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Stasiun Lidah Tanah di Serdang Bedagai Kini Layani Penumpang, Tetap Pertahankan Keaslian Bangunan Kolonial
Foto: (Sumber: Stasiun Kereta Api Lidah Tanah di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, yang merupakan peninggalan Kolonial Belanda tetap dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divre I Sumatera Utara sebagai salah satu stasiun untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. ANTARA/Juraidi.)

Pantau - Stasiun Kereta Api Lidah Tanah yang terletak di Deli Muda Hilir, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, kini resmi melayani penumpang sejak Februari 2025 setelah sebelumnya hanya difungsikan sebagai stasiun persilangan.

Stasiun yang mulai beroperasi sejak tahun 1902 ini merupakan peninggalan era kolonial Belanda dan tetap mempertahankan bentuk aslinya tanpa banyak penambahan atau perubahan besar.

Operasionalnya saat ini masih berada di bawah pengelolaan PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divisi Regional I Sumatera Utara.

"Permintaan dari masyarakat dan potensinya juga cukup tinggi, sejak Februari 2025 stasiun ini yang awalnya hanya sebagai pengatur persilangan kereta api, juga dijadikan sebagai stasiun yang melayani penumpang. Jadi kalau dulu kereta api hanya melintas, sekarang setiap kereta penumpang juga berhenti di stasiun ini," ujar salah satu pejabat KAI.

Dampak Gapeka 2025 dan Fasilitas Baru di Stasiun

Perubahan status stasiun ini berkaitan langsung dengan penerapan Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2025 yang menggantikan Gapeka 2023.

Gapeka merupakan pedoman operasional perjalanan kereta api yang mencakup waktu, jarak, kecepatan, posisi kereta, serta titik pemberangkatan, pemberhentian, persilangan, dan penyusulan.

"Manfaat yang dapat dirasakan pelanggan pada penerapan Gapeka 2025 salah satunya adalah penambahan pemberhentian di stasiun untuk melayani naik/turun penumpang," jelas pihak KAI.

Kini, dua kereta api yang berhenti di Stasiun Lidah Tanah adalah KA Putri Deli dan KA Siantar Ekspres.

Sebelum resmi melayani penumpang, stasiun ini telah mengalami pembenahan fasilitas, di antaranya penambahan kursi ruang tunggu, bancik atau tangga naik-turun penumpang, loket boks, kursi roda, tandu, tempat sampah, alat pengering payung, serta perlengkapan musholla.

Bangunan Cagar Budaya, Pemeliharaan dengan Standar Ketat

Stasiun Lidah Tanah memiliki lima ruangan yang difungsikan sebagai ruang kepala stasiun, ruang tunggu, ruang pengatur perjalanan, musholla, dan ruang safety first.

Terdapat dua jalur kereta api di stasiun ini, dengan jalur dua sebagai sepur lurus.

Bangunan stasiun berada di ketinggian 11,47 meter di atas permukaan laut dan dijaga secara ketat mengingat statusnya sebagai bangunan cagar budaya.

"Kan tidak bisa sembarangan melakukan perubahan terhadap bangunan yang masuk cagar budaya. Harus sangat hati-hati karena memang ada aturannya. Misalnya kalau ada genteng yang bocor, harus disisip dengan genteng jenis yang sama, demikian juga dengan yang lainnya. Kita hanya bisa memperindah sekitarnya, misalnya dengan menanam bunga-bungaan atau lainnya," ungkap perwakilan KAI Sumut.

Dalam operasional harian, selain kepala stasiun, ada tiga hingga empat petugas yang bertugas secara bergiliran dalam shift siang dan malam, menjaga kelancaran layanan serta keamanan stasiun bersejarah ini.

Penulis :
Ahmad Yusuf