Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

World Giving Report 2025: Nigeria Jadi Negara Paling Dermawan, Indonesia Turun ke Peringkat 21 karena Perubahan Metodologi

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

World Giving Report 2025: Nigeria Jadi Negara Paling Dermawan, Indonesia Turun ke Peringkat 21 karena Perubahan Metodologi
Foto: (Sumber: Arsip foto - Petugas kemanusiaan Bulan Sabit Merah Mesir mengangkut barang bantuan kemanusiaan dari Indonesia untuk diberikan kepada warga Palestina di Bandara El Arish, Mesir, Senin (6/11/2023). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa/aa.)

Pantau - Laporan World Giving Report (WGR) 2025 menempatkan Nigeria sebagai negara paling dermawan di dunia, sementara Indonesia turun ke peringkat ke-21 dari 101 negara yang disurvei.

Penurunan peringkat ini dinilai wajar oleh Hamid Abidin, peneliti filantropi dari Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC), karena adanya perubahan metodologi dalam survei WGR 2025.

Metodologi Baru Fokus pada Nilai dan Kepercayaan

WGR 2025 menggunakan pendekatan yang lebih terperinci dan inklusif dibandingkan dengan World Giving Index (WGI) sebelumnya.

Metodologi baru mempertimbangkan aspek nilai donasi terhadap pendapatan serta keragaman jalur pemberian, bukan sekadar frekuensi aktivitas memberi.

“Pendekatan ini memberikan pemahaman lebih mendalam dibandingkan WGI,” ungkap Hamid.

Perubahan metodologi ini menyebabkan beberapa negara yang sebelumnya berada di posisi atas mengalami penurunan, termasuk Indonesia.

Meski begitu, Indonesia tetap menunjukkan tingkat kedermawanan tinggi secara global, namun kini tergeser oleh negara seperti Nigeria, Mesir, dan China yang masuk dalam tiga besar.

Pentingnya Kepercayaan dan Dukungan Kebijakan

Laporan WGR 2025 juga menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap lembaga amal menjadi faktor penting dalam membangun budaya kedermawanan.

Tingkat partisipasi dan nilai donasi lebih tinggi di negara-negara yang memiliki kepercayaan kuat terhadap organisasi filantropi.

Negara-negara di Afrika dan Asia yang menunjukkan tingkat kepercayaan tinggi terhadap lembaga amal mencatat partisipasi donasi yang lebih besar.

Hamid menekankan bahwa kebijakan dan dukungan pemerintah sangat dibutuhkan untuk membangun ekosistem filantropi yang kuat.

“Dukungan bisa berupa insentif, kampanye publik, serta regulasi yang mempermudah kegiatan filantropi,” jelasnya.

Kebijakan yang mendukung akan memperkuat motivasi, norma sosial tentang berbagi, serta membentuk budaya filantropi yang strategis dan berkelanjutan.

Filantropi dan Masa Depan Pembangunan Sosial

Indonesia dinilai tetap menjadi contoh negara berkembang yang berhasil memadukan tradisi sosial dengan modernisasi dalam meningkatkan semangat kedermawanan.

Hamid juga menegaskan bahwa peran filantropi semakin vital dalam pembangunan sosial, terutama di tengah tantangan ekonomi dan perubahan sosial yang dinamis.

Penulis :
Ahmad Yusuf
Editor :
Ahmad Yusuf