billboard mobile
HOME  ⁄  Nasional

Operasi Modifikasi Cuaca di Sumatera Barat Dinilai Efektif Tekan Karhutla, Dihentikan karena Prioritas Kalimantan

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Operasi Modifikasi Cuaca di Sumatera Barat Dinilai Efektif Tekan Karhutla, Dihentikan karena Prioritas Kalimantan
Foto: (Sumber: Petugas menyiapkan Natrium klorida (NaCl) untuk pelaksanaan operasi modifikasi cuaca di Sumatera Barat, Jumat (1/8/2025). ANTARA/Muhammad Zulfikar)

Pantau - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat menyatakan bahwa operasi modifikasi cuaca (OMC) yang dilaksanakan pada 25–31 Juli 2025 terbukti efektif dalam menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah tersebut.

Juru bicara BPBD Sumbar, Ilham Wahab, mengatakan bahwa hujan buatan berhasil diturunkan di sejumlah titik prioritas.

Hujan Buatan Sasar Daerah Tanggap Darurat

OMC menyasar Kabupaten Solok dan Kabupaten Limapuluh Kota, dua daerah yang sempat berstatus tanggap darurat karhutla.

"Secara umum pelaksanaan operasi modifikasi cuaca cukup efektif dan berhasil dalam menangani karhutla, terutama di titik-titik yang kita targetkan," ungkap Ilham Wahab di Kota Padang.

Awalnya dirancang hanya selama lima hari, pelaksanaan OMC diperpanjang menjadi tujuh hari karena masih adanya titik api dan potensi kebakaran tinggi.

Namun, operasi tersebut akhirnya dihentikan karena dampak karhutla di Pulau Kalimantan semakin meluas dan membutuhkan pengalihan sumber daya.

"Jadi, meluasnya dampak karhutla di Kalimantan juga menjadi pertimbangan penghentian operasi modifikasi cuaca di Sumbar, sehingga operasi ini bisa langsung dialihkan ke Kalimantan," jelas Ilham.

Masih Waspada dan Siaga

Meskipun operasi sudah dihentikan, BPBD tetap bersiaga bersama Dinas Kehutanan dan instansi lainnya untuk mencegah kebakaran lanjutan, khususnya di Solok dan Limapuluh Kota.

Pada Jumat, 1 Agustus, kebakaran kembali terjadi di Kecamatan Rao Selatan, Kabupaten Pasaman, yang menghanguskan sekitar 100 hektare area penggunaan lain (APL), diduga akibat kemarau panjang yang melanda dalam beberapa bulan terakhir.

Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan, menjelaskan bahwa OMC dilakukan dengan menyebarkan natrium klorida (NaCl) ke langit untuk menciptakan hujan buatan.

BMKG mencatat sejumlah wilayah di Sumbar mengalami hari tanpa hujan selama 30 hingga 60 hari, dengan Kabupaten Solok tergolong dalam kategori kekeringan panjang hingga mendekati ekstrem.

Penulis :
Ahmad Yusuf