
Pantau - Kualitas udara di DKI Jakarta pada Kamis pagi, 14 Agustus 2025, tercatat sebagai yang ketiga terburuk di dunia menurut pemantauan situs IQAir.
Pada pukul 06.08 WIB, indeks kualitas udara (Air Quality Index/AQI) Jakarta berada di angka 152, masuk dalam kategori tidak sehat dengan konsentrasi partikel halus PM 2.5 yang tinggi.
Kota dengan kualitas udara terburuk saat itu adalah Kinshasa, Kongo, dengan AQI 161, disusul Cairo, Mesir, di posisi kedua dengan AQI 156.
DLH DKI Akan Tambah Ribuan Sensor
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menanggapi situasi ini dengan menyiapkan langkah strategis, salah satunya adalah memperluas sistem pemantauan kualitas udara.
“Belajar dari kota lain, Bangkok memiliki 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU. Jakarta saat ini memiliki 111 SPKU dari sebelumnya hanya 5 unit. Ke depan kita akan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat,” kata Asep Kuswanto, Kepala DLH DKI Jakarta.
Asep menekankan pentingnya transparansi data sebagai dasar dari pengambilan kebijakan yang efektif untuk mengatasi pencemaran udara.
Ia menegaskan bahwa penanganan polusi tidak bisa dilakukan dengan intervensi sesaat, melainkan membutuhkan upaya berkelanjutan dan sistematis.
Sebagai bagian dari solusi jangka panjang, DLH menargetkan penambahan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah (low-cost sensors) untuk memperluas cakupan dan akurasi pemantauan udara di Jakarta.
- Penulis :
- Aditya Yohan