billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

UIN Jakarta Tegaskan Komitmen Pendidikan Berbasis Cinta untuk Dunia yang Damai dan Berkelanjutan

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

UIN Jakarta Tegaskan Komitmen Pendidikan Berbasis Cinta untuk Dunia yang Damai dan Berkelanjutan
Foto: (Sumber: Forum akademik bertajuk “Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta untuk Dunia yang Damai” di kampus UIN Jakarta Ciputat Tangerang, Selasa. ANTARA/HO-UIN Jakarta)

Pantau - Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menegaskan komitmennya untuk menjadi pusat pengembangan gagasan dan praktik pendidikan berbasis cinta, perdamaian, dan keberlanjutan peradaban dalam forum akademik bertajuk Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta untuk Dunia yang Damai yang digelar di kampus UIN Jakarta, Ciputat, Tangerang, pada Selasa, 19 Agustus 2025.

Rektor UIN Jakarta, Prof. Asep Saepudin Jahar, mengatakan bahwa pendidikan harus menjadi fondasi moral untuk membentuk generasi yang penuh kasih sayang, toleransi, dan berintegritas.

"Jika cinta menjadi dasar kurikulum, maka sekolah dan madrasah bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga rumah yang melahirkan generasi penuh kasih sayang, toleransi, dan kepemimpinan yang berintegritas," ungkapnya.

Kurikulum Berbasis Cinta, Jalan Menuju Islam Rahmatan lil-‘Alamin

Forum ini dipandang sebagai langkah penting dalam sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan pemangku kebijakan dalam membangun paradigma pendidikan yang lebih humanis.

Prof. Asep menyatakan bahwa kurikulum berbasis cinta adalah wujud nyata dari Islam rahmatan lil-‘alamin, yang membawa pesan kasih sayang, perdamaian, dan manfaat bagi seluruh umat manusia.

"Dari kampus, kita ingin menanamkan cinta, empati, dan nilai kemanusiaan universal yang berpadu dengan identitas keislaman," tambahnya.

Menurut Prof. Asep, pelajar dan mahasiswa perlu dibentuk menjadi generasi berkarakter dan berakhlak mulia, yang mampu menggunakan ilmu pengetahuan untuk membangun peradaban damai.

Kurikulum berbasis cinta mendorong peserta didik untuk menginternalisasi nilai spiritualitas dan keterbukaan terhadap keberagaman.

"Mereka disiapkan menjadi agen perubahan positif di tengah masyarakat," tegasnya.

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Jakarta, Prof. Siti Nurul Azkiyah, menegaskan bahwa kurikulum cinta bukanlah konsep utopis.

"Cinta bisa diimplementasikan dalam pembelajaran sehari-hari mulai dari sikap guru yang penuh kasih sayang, metode kolaboratif, hingga penghargaan terhadap perbedaan di kelas," ujarnya.

Kurikulum Baru dan Regulasi Pendidikan Nasional

Dr. Yogi Anggraena dari Pusat Kurikulum Kemendikdasmen memaparkan bahwa arah baru kebijakan pendidikan nasional dituangkan dalam Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025.

Regulasi tersebut menekankan pentingnya deep learning agar siswa tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mampu merefleksikan dan menerapkannya dalam kehidupan nyata.

Salah satu terobosan utama adalah penambahan mata pelajaran pilihan Koding dan Kecerdasan Artifisial (Artificial Intelligence) mulai tahun ajaran 2025/2026.

" Kami ingin menyiapkan generasi yang kritis, logis, dan tetap beretika di era digital. Pendidikan harus relevan dengan transformasi global," ujarnya.

Regulasi ini juga memperkuat kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler, termasuk gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang bertujuan membentuk karakter, kreativitas, dan kemandirian siswa.

Kepala Subdirektorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan Madrasah, Zulkifli, menyatakan bahwa Kementerian Agama juga mendorong penerapan kurikulum berbasis cinta di madrasah.

Hal tersebut selaras dengan arahan Menteri Agama, Nasaruddin Umar, yang menyebut bahwa harmoni kehidupan harus berakar pada cinta.

Panduan implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) dari Kemenag bertujuan menanamkan nilai empati, toleransi, kasih sayang, dan tanggung jawab dalam pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.

Evaluasi dalam KBC juga tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga pada penerapan nilai cinta dalam kehidupan sehari-hari.

"Keberhasilan KBC bergantung pada kolaborasi guru, kepala madrasah, orang tua, dan masyarakat. Pendidikan berbasis cinta bukan hanya teori, tetapi praktik hidup bersama yang damai dan saling menghargai," ungkap Zulkifli.

Penulis :
Ahmad Yusuf