
Pantau - Kementerian Pertanian (Kementan) menilai akses distribusi pangan, khususnya daging ayam, masih perlu ditingkatkan agar konsumsi protein hewani masyarakat bisa lebih merata di seluruh wilayah Indonesia.
Konsumsi Ayam Masih Rendah di Indonesia
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Ditjen PKH Kementan, I Ketut Wirata, menyebut ada sejumlah daerah yang belum terjangkau secara optimal oleh rantai pasok pangan.
"Ada beberapa daerah, beberapa wilayah kita di Indonesia yang mungkin masih cukup sulit untuk terjangkau dari rantai pasok pangan khususnya untuk daging ayam," ungkapnya dalam diskusi Keamanan Pangan Asal Hewan: Fakta tentang Residu dan Hormon pada Daging Ayam di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa konsumsi daging ayam per kapita di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan negara-negara Asia Tenggara.
"Data tahun 2022 menunjukkan bahwa Malaysia menempati peringkat pertama di Asia Tenggara dalam konsumsi daging ayam, yakni mencapai 53,14 kilogram per kapita per tahun," ujarnya.
"Ini jauh di atas rata-rata konsumsi per kapita masyarakat di Indonesia," tambahnya.
Faktor Penyebab dan Upaya Peningkatan
Selain kendala distribusi, rendahnya konsumsi ayam juga dipengaruhi daya beli masyarakat dan preferensi terhadap sumber protein hewani lain.
"Di beberapa wilayah, masyarakat lebih memilih sumber protein lain seperti ikan, daging sapi, atau produk nabati. Diversifikasi pangan ini menyebabkan konsumsi ayam tidak merata di seluruh Indonesia," jelas Wirata.
Meski demikian, ia optimistis konsumsi daging ayam nasional bisa meningkat karena produksi dalam negeri saat ini sudah surplus.
Pada tahun 2024, kebutuhan daging ayam nasional tercatat sebesar 3,72 juta ton per tahun, sementara produksi mencapai 3,84 juta ton sehingga terdapat surplus 0,12 juta ton.
"Nah, sehingga produksi yang surplus ini masih memungkinkan untuk ditingkatkan sebagai konsumsi di dalam negeri," kata Wirata.
- Penulis :
- Arian Mesa