
Pantau - Kementerian PPN/Bappenas bekerja sama dengan CIRAD dan Kedutaan Besar Prancis di Indonesia resmi meluncurkan proyek INDOCACAO untuk memperkuat produsen kecil kakao, khususnya perempuan dan pemuda, dengan dukungan pendanaan dari Kementerian Luar Negeri Prancis dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) pada periode 2025–2027.
Proyek INDOCACAO dan Tujuan Strategis
Deputi Pangan, SDA, dan LH Bappenas Leonardo A.A. Teguh Sambodo menyatakan, "Sektor kakao memiliki peran strategis dalam mendukung agenda hilirisasi, peningkatan kesejahteraan petani, serta pertumbuhan ekonomi berkelanjutan sebagaimana diamanatkan dalam RPJPN 2025–2045 dan RPJMN 2025–2029."
Proyek ini melibatkan kementerian, akademisi, swasta, peneliti, dan mitra pembangunan dengan fokus pada riset, inovasi, serta kolaborasi global guna membangun rantai nilai kakao yang inklusif, berdaya saing, dan bermanfaat bagi masyarakat.
CIRAD akan memimpin koordinasi ilmiah dan teknis bersama mitra Indonesia, seperti BRMP Kementan, Puslitkoka, INSTIPER, ACBI, asosiasi, dan koperasi.
Konselor Kerja Sama Kebudayaan Kedutaan Besar Prancis Jules Irrmann menegaskan, "Hal ini sepenuhnya selaras dengan perjanjian yang ditandatangani di Istana Merdeka saat kunjungan kenegaraan Presiden Republik, di hadapan Presiden Prabowo. Dengan program yang sangat konkret dan terukur ini, Prancis menunjukkan komitmennya."
Rantai Nilai Kakao dan Inklusi Sosial
INDOCACAO mencakup pembangunan pusat teknologi pertanian kakao berkelanjutan di Jawa dan Sulawesi, penyediaan pelatihan, akses kredit mikro, dan edukasi teknologi inovatif.
Rantai nilai kakao ditingkatkan melalui praktik pasca-panen seperti fermentasi dan pengeringan, sertifikasi organik, fair trade, indikasi geografis, kemitraan bisnis internasional, serta pelatihan ahli organoleptik untuk mengidentifikasi cita rasa lokal.
Di sisi ekologi, proyek ini memperkuat ketahanan dengan agroforestri, reforestasi, konservasi tanah dan air, pengembangan varietas kakao tahan penyakit dan iklim, sistem peringatan dini kekeringan/banjir, serta produksi kakao bebas deforestasi sesuai standar Eropa.
Fokus inklusi sosial ditunjukkan dengan target 50 persen penerima manfaat adalah perempuan yang akan mendapat pelatihan kepemimpinan dan manajemen koperasi, sementara petani muda mendapat dukungan khusus sebagai motor inovasi pertanian.
Regional Director CIRAD Jean Marc Roda menegaskan, "INDOCACAO mencerminkan visi bersama antara Prancis dan Indonesia mengenai pertanian Indonesia yang berkelanjutan, didorong oleh terroir kita masing-masing, ilmu pengetahuan yang melayani pengembangan, dan produsen kecil yang mengelola keragaman wilayah mereka."
Penguatan Kerja Sama Indonesia–Prancis
Juni 2025, Indonesia dan Prancis memperkuat kemitraan pertanian dan ketahanan pangan melalui penandatanganan MoU Bappenas–CIRAD.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menegaskan kerja sama ini merupakan tindak lanjut kunjungan Presiden Emmanuel Macron dan wujud komitmen transformasi sistem pangan berkelanjutan berbasis ilmu pengetahuan dan integrasi lintas sektor.
Sektor pertanian disebut krusial dalam transformasi ekonomi hijau sesuai RPJPN 2025–2045 dan RPJMN 2025–2029, mencakup penguatan kelembagaan, produktivitas, dan sistem pangan berkelanjutan.
Proyek awal mencakup kerja sama kakao dengan INSTIPER, ICCRI, dan PNM, serta bidang kelapa dengan Roemah Kelapa untuk menyusun peta jalan hilirisasi kelapa nasional.
Bappenas menargetkan kolaborasi berbasis ilmu pengetahuan ini dapat mendorong sistem pertanian dan pangan yang tangguh, berdaulat, inklusif, serta berkontribusi pada pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8 persen melalui agrikultur berkelanjutan.
- Penulis :
- Shila Glorya