
Pantau - Ketua Komite Militer NATO, Laksamana Giuseppe Cavo Dragone, menegaskan bahwa aliansi tersebut akan memberikan respons yang tegas dan proporsional terhadap setiap ancaman, termasuk setelah serangkaian insiden serangan drone yang terjadi di sejumlah negara anggota.
"Setiap ancaman terhadap wilayah udara, darat, dan laut NATO akan ditangani dengan respons yang tegas dan proporsional. Kami siap. Tidak diragukan lagi," ungkapnya dalam konferensi pers di Latvia.
Pernyataan tersebut disampaikan Dragone dalam konferensi pers bersama Kepala Pertahanan Latvia, Kaspars Pudans, usai Konferensi Komite Militer NATO yang digelar di Latvia.
Dragone menyebut dugaan serangan drone oleh Rusia menunjukkan adanya kesiapan mereka untuk segera memperkuat negara-negara sekutu yang merasa terancam.
" Kami tidak mencari konfrontasi, tetapi kami tidak akan ragu untuk melakukan tindakan apa pun yang dianggap perlu untuk pertahanan kolektif kami," ia menegaskan.
NATO dan Negara Anggota Tegaskan Sikap Siaga
Kepala Pertahanan Latvia, Kaspars Pudans, menyebut serangan drone yang terjadi belakangan ini sebagai bagian dari "kampanye intimidasi dan agresi" yang bertujuan mengganggu stabilitas kawasan serta menguji persatuan NATO.
"Yang jelas, NATO dan Latvia yang tergabung dalam NATO siap mempertahankan setiap sentimeter wilayah NATO. Rencana pertahanan nasional dan regional kami disusun berdasarkan prinsip pertempuran," tegas Pudans.
Ia juga menekankan pentingnya kesiapan pertahanan di seluruh lini, baik darat, laut, maupun udara.
"Sementara kami mengharapkan perdamaian, kami bersiap untuk perang, karena persiapan adalah jalan paling pasti menuju kesiapan," tambahnya.
Sejumlah negara anggota NATO seperti Polandia, Rumania, dan Estonia telah melaporkan pelanggaran wilayah udara atau gangguan drone sepanjang bulan ini.
Beberapa insiden tersebut telah dikonfirmasi oleh pejabat NATO sebagai tindakan yang berasal dari Rusia.
Rusia Bantah Tuduhan, Denmark Kewaspadaan Tinggi
Rusia menanggapi tuduhan tersebut dengan membantah keterlibatan mereka dalam insiden drone.
Mereka mengklaim bahwa insiden di Estonia tidak pernah terjadi, menyebut pelanggaran di Polandia sebagai ketidaksengajaan, dan menyatakan tuduhan dari Rumania sebagai akibat dari provokasi Ukraina.
Sementara itu, otoritas Denmark juga sempat menutup wilayah udara di beberapa bandara pada Kamis malam menyusul laporan adanya aktivitas drone yang mencurigakan.
Penutupan ini menyebabkan pengalihan sejumlah penerbangan dan memicu kekhawatiran terhadap keamanan nasional.
Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, menyatakan bahwa insiden tersebut merupakan bagian dari "perang hibrida yang terjadi di tanah Denmark."
Meski belum ada pelaku yang diidentifikasi secara resmi, Frederiksen menyebut Rusia sebagai ancaman utama.
Menanggapi tudingan tersebut, Kedutaan Besar Rusia di Kopenhagen menyatakan bahwa tuduhan itu adalah "spekulasi absurd" dan mengecam keputusan otoritas Denmark menutup bandara sebagai tindakan berlebihan dan tidak berdasar.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf