
Pantau - Melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), BRI Peduli menggulirkan Program Literasi Anak Negeri sebagai upaya nyata mendorong kemajuan pendidikan di wilayah pesisir Indonesia, salah satunya melalui penyaluran Perahu Literasi untuk anak-anak di Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah.
Perahu Literasi: Inisiatif Inklusif untuk Daerah Terpencil
Program ini dijalankan BRI Peduli bekerja sama dengan Yayasan Lopie Bahari Nusantara Tolitoli, lembaga yang berfokus menyebarkan literasi dan edukasi ke pulau-pulau terluar di wilayah tersebut.
Selain perahu, BRI juga menyalurkan dukungan berupa buku bacaan, alat tulis, dan proyektor untuk menunjang aktivitas belajar-mengajar.
Corporate Secretary BRI, Dhanny, menyebut penyaluran bantuan ini merupakan bentuk dukungan terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) poin ke-4.
Poin tersebut menekankan pentingnya jaminan pendidikan yang berkualitas, inklusif, dan merata, serta peningkatan kesempatan belajar sepanjang hayat.
"Pemberian Perahu Literasi di Tolitoli merupakan bentuk nyata kepedulian BRI bagi kemajuan pendidikan di daerah, terutama wilayah pesisir. Harapannya, Perahu Literasi ini dapat menjangkau pulau-pulau di sekitar sehingga memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk meningkatkan literasi melalui membaca," ujar Dhanny.
Ia juga menegaskan bahwa peningkatan kualitas pendidikan yang merata merupakan pondasi utama dalam mewujudkan visi Indonesia Emas.
Menjawab Tantangan Akses dan Infrastruktur Pendidikan di Pulau
Ketua Yayasan Lopie Bahari Nusantara Tolitoli, Fandy Lamaming, menyatakan bahwa keberadaan Perahu Literasi sangat vital dalam mempercepat mobilitas dan akses antar pulau.
"Kami sangat bersyukur atas bantuan kapal, mesin dan sarana dari BRI Peduli. Bantuan ini membuat program Perahu Pustaka Tolitoli berjalan lancar. Sekarang kami bisa berlayar ke pulau terluar dengan aman, anak-anak senang dengan buku baru, dan malamnya mereka menikmati film edukasi. Mimpi jadi nyata," ungkapnya.
Yayasan ini berdiri sejak 2022, dan aktif menjangkau pulau-pulau seperti Lingayan, Dolangan, dan Salando, dengan kegiatan tiga kali seminggu.
Aktivitas mereka meliputi literasi untuk anak-anak dan dewasa, kelas buta aksara, serta pelatihan bahari berkelanjutan.
Namun, tantangan masih besar: Kabupaten Tolitoli memiliki 43 pulau, 13 di antaranya berpenghuni, dengan keterbatasan tenaga pengajar, minimnya fasilitas pendidikan, serta tingginya angka buta aksara.
Dhanny menambahkan bahwa Perahu Literasi bukan sekadar sarana distribusi buku, melainkan bagian dari upaya menciptakan ruang belajar yang hidup dan membangkitkan kembali budaya membaca di masyarakat pesisir.
"Program Perahu Literasi adalah contoh nyata bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil, asal dilakukan dengan komitmen dan kolaborasi. Karena itu, upaya mencerdaskan anak bangsa tak bisa hanya bergantung pada satu pihak. Diperlukan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk memperluas dampak gerakan seperti ini," katanya.
Literasi Anak Negeri Juga Dilaksanakan di Lombok
Selain di Tolitoli, Program Literasi Anak Negeri juga dijalankan di SD Negeri 1 Malaka, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
Kegiatan di sekolah tersebut mencakup peningkatan kemampuan membaca dan memahami bacaan, memperkuat kemandirian siswa, serta meningkatkan kapasitas tenaga pengajar.
Langkah ini mempertegas komitmen BRI Peduli dalam menghadirkan pendidikan berkualitas dan merata hingga ke wilayah-wilayah terpencil Indonesia.
- Penulis :
- Aditya Yohan






