
Pantau - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai pemerintah perlu mendorong pembiayaan ultramikro secara lebih masif sebagai langkah strategis dalam pengentasan kemiskinan, yang merupakan program prioritas Kabinet Merah Putih.
Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto, menyampaikan bahwa pembiayaan ultramikro penting untuk menjangkau kelompok masyarakat berpenghasilan rendah yang belum tersentuh layanan perbankan.
"Kredit ultramikro penting untuk akses mereka yang berada di ekonomi bawah dan belum bankable. Ini sekaligus mendidik mereka lebih bisa mengelola keuangan seiring pertumbuhan usaha mikronya," ujarnya.
Pembiayaan Ultramikro Dinilai Efektif dan Perlu Diperluas Ukurannya
Eko menekankan bahwa pembiayaan ultramikro secara umum bisa menjadi salah satu sarana memperbaiki ekonomi masyarakat lapisan bawah.
Namun, karena plafon kredit disesuaikan dengan kemampuan bayar peminjam, maka diperlukan dukungan kebijakan dari pemerintah pada level makro.
Chief Economist dari The Indonesia Economic Intelligence (IEI), Sunarsip, turut menyoroti pentingnya model pembiayaan ultramikro.
Ia menjelaskan bahwa model ini mengisi ruang yang selama ini tidak dijangkau oleh lembaga pembiayaan konvensional seperti bank.
Ceruk tersebut, menurutnya, sebelumnya banyak diisi oleh rentenir yang justru merugikan masyarakat kecil.
"Terbukti, banyak pelaku ekonomi dari kelompok masyarakat miskin yang kini berhasil mentas dari status sebagai keluarga prasejahtera menjadi sejahtera bahkan di atasnya," ungkap Sunarsip.
Ia menyebutkan bahwa model seperti yang dijalankan oleh PT Permodalan Nasional Madani (PNM) tidak hanya menyalurkan dana, tetapi juga memberdayakan masyarakat secara langsung.
"Perannya sebagai lembaga pembiayaan ultramikro yang fokus pada pemberdayaan tetap perlu dan harus dipertahankan. Namun, size-nya harus dinaikkan," tegasnya.
PNM dan Lembaga Sejenis Dorong Akses Inklusi Keuangan bagi Perempuan
PNM melalui program Mekaar yang berdiri sejak 2016 kini memiliki 22,7 juta nasabah, seluruhnya perempuan.
PNM menargetkan jumlah nasabah aktif pada tahun 2025 sebanyak 16 juta orang.
Sepanjang tahun 2024, total pembiayaan Mekaar secara konsolidasi mencapai Rp73,93 triliun.
Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi, menyatakan bahwa mayoritas nasabah berasal dari kelompok ekonomi terbawah.
"Nasabah kami berasal dari kelompok ekonomi desil I sampai desil III. Yang masuk kemiskinan ekstrem sekitar 6 juta nasabah. Jadi PNM dari sejak digagas dan dilahirkan sejalan dengan upaya pemerintah menekan angka kemiskinan," ungkap Arief pada Juli 2025.
Selain PNM, model pembiayaan ultramikro serupa juga dikembangkan oleh badan usaha swasta dalam negeri seperti BTPN Syariah, Amartha, dan PT Mitra Bisnis Keluarga Ventura (MBK).
Ketiga lembaga tersebut diketahui memiliki jumlah nasabah aktif di atas 1 juta orang.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf










