billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

BNPT Ajak Pelajar Jadi Garda Terdepan Tangkal Radikalisme Lewat Tiga Peran Strategis di Era Digital

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

BNPT Ajak Pelajar Jadi Garda Terdepan Tangkal Radikalisme Lewat Tiga Peran Strategis di Era Digital
Foto: (Sumber: Direktur Pencegahan BNPT Irfan Idris saat membuka Dialog Kebangsaan bersama Satuan Pendidikan Tingkat SMA/SMK/MA di Pendopo Sipanji, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (30/10/2025). ANTARA/HO-BNPT RI/pri..)

Pantau - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menegaskan bahwa sekolah tidak hanya menjadi tempat pembelajaran ilmu pengetahuan, tetapi juga merupakan wadah penting dalam pembentukan karakter kebangsaan dan pencegahan penyebaran paham radikal sejak dini.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pencegahan BNPT, Irfan Idris, saat membuka Dialog Kebangsaan bersama SMA/SMK/MA di Pendopo Sipanji, Banyumas, Jawa Tengah.

Irfan menyampaikan bahwa sekolah adalah ruang di mana peserta didik belajar merawat kebhinnekaan dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Tiga Peran Strategis Pelajar dalam Menjaga Kebangsaan

Dalam kesempatan itu, Irfan mengajak para pelajar untuk mengambil tiga peran penting sebagai generasi muda di era digital.

Peran pertama adalah menjadi generasi yang kritis dan bijak dalam mengakses media.

Irfan menekankan bahwa kecakapan digital bukan hanya tentang kemampuan teknis menggunakan aplikasi, tetapi juga mencakup kebijaksanaan dalam menyaring informasi.

Ia mengingatkan pentingnya prinsip “saring sebelum sharing” agar pelajar tidak mudah terjebak dalam hoaks dan provokasi.

Pelajar diminta untuk selalu memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya ke ruang publik.

Peran kedua adalah menjadi duta perdamaian dan produsen konten positif di media sosial.

“Gunakan kreativitas kalian untuk mengisi media sosial dengan pesan-pesan damai, toleransi, dan kebersamaan lintas suku dan agama. Tunjukkan bahwa moderasi itu keren,” ungkap Irfan.

Ia menekankan bahwa pelajar tidak boleh diam ketika media sosial dipenuhi narasi kebencian dan permusuhan.

Peran ketiga adalah menjaga toleransi di lingkungan nyata, bukan hanya dalam bentuk wacana tetapi juga melalui tindakan nyata di sekolah dan komunitas sehari-hari.

Contoh nyata adalah menghargai teman yang berbeda keyakinan serta menghentikan perundungan karena perbedaan.

Irfan menilai tantangan kebangsaan saat ini semakin kompleks, terutama di tengah derasnya arus informasi dan keterbukaan digital.

Narasi permusuhan dan ujaran kebencian disebutnya dapat dengan mudah menyebar dan melemahkan semangat persatuan bangsa.

Sekolah pun dinilai memiliki peran vital dalam memperkuat moderasi beragama dan semangat kebangsaan di kalangan generasi muda.

“Dialog seperti ini harus melahirkan komitmen nyata di sekolah masing-masing. Jadikan sekolah kalian sebagai 'zona nol’ dari intoleransi, radikalisme, dan kekerasan,” tegasnya.

Peran Guru dan Pentingnya Ruang Dialog di Sekolah

Irfan juga menegaskan pentingnya pembekalan wawasan kebangsaan kepada para guru agar mampu menangkal penyebaran paham ekstrem di lingkungan pendidikan.

Menurutnya, guru yang terpapar paham radikal sangat berbahaya karena dapat menanamkan ideologi menyimpang kepada generasi muda.

Dalam dialog yang sama, Anggota Komisi XIII DPR RI, Yanuar Arif Wibowo, menekankan pentingnya ruang dialog terbuka antara guru dan siswa di sekolah.

Dialog semacam itu dinilai mampu memperkuat daya tahan pelajar terhadap pengaruh negatif.

Yanuar menyebut, gagasan Dialog Kebangsaan ini muncul setelah ditemukannya keterlibatan pelajar dalam sejumlah kerusuhan di berbagai daerah.

“Dari hasil diskusi saya dengan Kapolresta Banyumas dan Kapolresta Cilacap, banyak pelaku kerusuhan berasal dari kalangan pelajar,” ungkap Yanuar.

Karena itu, ia mendorong agar kegiatan dialog damai secara khusus digelar bagi siswa dan guru sebagai bagian dari upaya pencegahan.

Yanuar menegaskan bahwa generasi muda adalah kekuatan strategis bangsa, bukan hanya karena jumlah dan usia mereka, tetapi karena mereka adalah digital natives.

“Anak muda kita sangat kreatif, inovatif, dan cepat beradaptasi terhadap perubahan. Namun, kemampuan ini juga harus diimbangi dengan kebijaksanaan agar teknologi tidak menjadi bumerang,” ujarnya.

Dialog Kebangsaan ini diikuti oleh sekitar 130 siswa dan 70 guru serta kepala sekolah dari 38 SMA, SMK, dan MA di wilayah Banyumas.

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara BNPT dengan Komisi XIII DPR RI.

Penulis :
Aditya Yohan