HOME  ⁄  Nasional

Film “Esok Tanpa Ibu” Angkat Tema AI dan Drama Keluarga, Bukti Kualitas Sineas Indonesia di Kancah Asia

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Film “Esok Tanpa Ibu” Angkat Tema AI dan Drama Keluarga, Bukti Kualitas Sineas Indonesia di Kancah Asia
Foto: (Sumber: Produser Shanty Harmayn saat konferensi pers peluncuran poster dan cuplikan (trailer) film Esok Tanpa Ibu (Mothernet) di kawasan Senayan, Jakarta, Senin (15/12/2025). ANTARA/Abdu Faisal..)

Pantau - Film Esok Tanpa Ibu (Mothernet) berhasil mencuri perhatian industri perfilman Asia Tenggara dengan mengangkat tema kecerdasan buatan (AI) dalam balutan drama keluarga, sekaligus menjadi pengakuan atas kualitas aktor dan sineas Indonesia di level internasional.

Diproduksi oleh BASE Entertainment dan Beacon Film, film ini juga melibatkan mitra internasional seperti Refinery Media, Infocomm Media Development Authority (IMDA), dan Singapore Film Commission (SFC).

Teknologi Virtual Production dan Kolaborasi Lintas Negara

Produser Shanty Harmayn mengungkapkan tantangan utama dalam film ini adalah menciptakan latar masa depan yang dekat tanpa membebani anggaran produksi.

Solusi yang dipilih adalah menggunakan teknologi virtual production (VP) untuk sebagian adegan, selain syuting langsung di Indonesia dan Singapura.

Sutradara asal Malaysia, Ho Wi-ding, dipercaya untuk menyutradarai film ini berkat pengalamannya dalam penggunaan teknologi VP.

Ho Wi-ding sebelumnya menyutradarai film berbahasa Tagalog Pinoy Sunday (2009), dan tertarik menggarap film ini setelah membaca skenarionya.

"Kebetulan ketemu Wi-ding lagi dan dia sangat senang dengan skenario film Esok Tanpa Ibu. Dia bilang, wah ya udah kalau bisa bikin film pertama dalam bahasa Tagalog, saya bisa bikin film dengan bahasa Indonesia," ujar Shanty.

Pemeran dan Tim Produksi Lokal Tunjukkan Kompetensi Global

Film ini dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo sebagai Laras, seorang ibu yang koma dan kemudian kembali hadir dalam keluarganya dalam bentuk kecerdasan buatan.

Pemeran lainnya adalah Ringgo Agus Rahman, Ali Fikry, Aisha Nurra Datau, dan Bima Sena.

Dian menyebut bahwa proses produksi berjalan sangat lancar karena tim internasional memberikan pengakuan penuh atas standar kerja sineas Indonesia.

"Semua kolaborasi, semua kompetensi, semua terjadi dengan sangat lancar," ungkap Dian.

Ia menambahkan, "Mereka senang editor sini, sama musik sini, sama aktingnya kita. Dia pokoknya kepingin lagi gitu. Nagih mereka tuh."

Musik dalam film ini juga melibatkan musisi lokal, seperti lagu Jernih dari Kunto Aji dan Raih Tanahmu dari kolaborasi Hara (Rara Sekar) dan Nosstress yang mengangkat isu cinta lingkungan.

Bahasa pengantar teknis film menggunakan Bahasa Inggris, tetapi akar cerita sangat kuat berlandaskan budaya Indonesia.

Naskah film ditulis oleh penulis Indonesia: Gina S. Noer, Diva Apresya, dan Melarissa Sjarief.

Sementara itu, tim produser terdiri dari Shanty Harmayn, Aoura Lovenson Chandra, dan Dian Sastrowardoyo, yang juga menjabat sebagai produser.

"Bahkan kita jadi punya co-producer-co-producer dari negara-negara lain. Kita dapat co-producer dari Singapura, ada dari Taiwan," ungkap Shanty.

Film ini mempertegas posisi Indonesia sebagai negara dengan sineas yang memiliki standar kerja dan kompetensi setara dengan industri film global.

Penulis :
Aditya Yohan