Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

DPR Dorong Strategi Baru Bangkitkan Kejayaan Udang Lampung sebagai Sentra Nasional

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

DPR Dorong Strategi Baru Bangkitkan Kejayaan Udang Lampung sebagai Sentra Nasional
Foto: (Sumber: Ketua Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI, Chusnunia Chalim bersama tim disambut dengan tarian saat melakukan kunjungan kerja spesifik di Sangar Seni Nani Bili di Kota Sorong, Selasa (2/12/2025). (ANTARA/Yuvensius Lasa Banafanu))

Pantau - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Chusnunia mendorong pemerintah bersama para pemangku kepentingan untuk melahirkan strategi baru guna membangkitkan kembali kejayaan udang Lampung sebagai salah satu sentra terbesar di Indonesia.

Dorongan tersebut disampaikan karena Lampung memiliki sejarah panjang sebagai pusat udang nasional.

Chusnunia menilai hingga saat ini masih banyak tambak udang di Lampung yang menggunakan metode tradisional.

Metode tradisional tersebut dinilai rentan terhadap penyakit dan berdampak langsung pada rendahnya produktivitas tambak.

Chusnunia menyampaikan bahwa “Lampung memiliki sejarah panjang sebagai pusat udang nasional. Meski demikian, masih banyak tambak di Lampung menggunakan metode tradisional yang rentan penyakit. Hal tersebut tentu harus diperbaiki,” ungkapnya.

Ia menilai teknologi budidaya yang lebih baik diperlukan untuk mencegah kebocoran limbah dari tambak yang dapat merusak lingkungan.

Selain itu, penguatan pembenihan lokal juga dinilai penting agar petambak memperoleh benur yang bebas patogen.

Penguatan pembenihan lokal tersebut bertujuan mengurangi ketergantungan petambak terhadap impor benur.

Penurunan ekspor tersebut disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor eksternal dan internal.

Faktor tersebut meliputi geopolitik perdagangan global yang memengaruhi arus ekspor.

Selain itu, isu keamanan pangan turut menjadi penyebab melemahnya ekspor udang Lampung.

Kenaikan biaya produksi juga menjadi faktor lain yang menekan daya saing udang Lampung di pasar internasional.

Ketergantungan yang tinggi terhadap pasar Amerika Serikat dinilai semakin memperparah kondisi ekspor.

Chusnunia menyebut negara kompetitor seperti Ekuador dan India mampu menawarkan harga udang yang lebih kompetitif.

Ia menyampaikan bahwa “Negara kompetitor, seperti Ekuador dan India, menawarkan harga yang lebih kompetitif. Ekuador, misalnya, memiliki biaya logistik yang lebih murah dan skala industri yang sangat efisien sehingga udang asal Lampung sulit bersaing secara harga di pasar global,” katanya.

Penyatuan manajemen tersebut diharapkan dapat mempermudah akses pembiayaan bagi petambak.

Salah satu skema pembiayaan yang didorong adalah Kredit Usaha Rakyat khusus sektor perikanan dengan bunga rendah.

Terkait tingginya biaya produksi, Chusnunia menilai perlu adanya kebijakan energi khusus untuk sektor akuakultur.

Kebijakan tersebut dapat didorong melalui investasi pembangunan pabrik pakan di wilayah Lampung.

Menurut Chusnunia, biaya pakan selama ini menyumbang sekitar 60 hingga 70 persen dari total biaya produksi udang.

Selain pembenahan di sektor produksi, ia juga menyarankan pengalihan sebagian fokus ekspor ke negara-negara dengan permintaan tinggi namun regulasi yang lebih longgar.

Negara tujuan alternatif yang disebutkan antara lain China, Jepang, Uni Emirat Arab, dan Uni Eropa.

Chusnunia menekankan pentingnya memaksimalkan berbagai perjanjian dagang internasional.

Ia menyampaikan bahwa “Kita harus terus memaksimalkan perjanjian dagang. Misalnya, skema Comprehensive Economic Partnership Agreement dengan negara-negara mitra agar mengurangi ketergantungan terhadap Amerika Serikat,” ujarnya.

Penulis :
Ahmad Yusuf