
Pantau - Direktur Kelembagaan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), Mukhamad Najib, memaparkan dua strategi utama untuk menjadikan perguruan tinggi di Indonesia sebagai lokomotif penggerak ekonomi nasional.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam diskusi bertajuk "Urun Rembuk Pimpinan PTS" yang digelar di Jakarta pada Senin, 29 Desember 2025.
Dua metode yang diusulkan adalah peningkatan jumlah tenaga kerja berketerampilan tinggi (highly-skilled worker) dan peningkatan kapabilitas inovasi yang berkelanjutan.
"Dua-duanya itu adanya di kampus seharusnya, kenapa? Karena kalau kita melihat kenyataan di Indonesia, kita mendatangkan foreign direct investment, kita lakukan industrialisasi, tapi riset dan inovasi yang dilakukan industri itu sama sekali tidak memberikan impact yang besar pada penguatan sistem inovasi kita," ungkap Najib.
Kampus Harus Jadi Pusat Riset dan Inovasi Nasional
Najib menyoroti kenyataan bahwa banyak perusahaan asing menjadikan Indonesia hanya sebagai pasar, bukan sebagai pusat riset dan inovasi.
Ia mencontohkan ada perusahaan dengan pangsa pasar besar di Indonesia, namun kegiatan riset dan pengembangan (research and development / R&D) sepenuhnya dilakukan di Singapura melalui Universitas Nasional Singapura (NUS).
"Kita tidak bisa mendatangkan talent-talent global itu melalui industrialisasi, melalui perusahaan-perusahaan itu. Karena mereka datang ke sini untuk bekerja dan menjadikan Indonesia sebagai market," jelasnya.
Untuk membalik keadaan tersebut, pemerintah mendorong semakin banyak perguruan tinggi dalam negeri agar bisa masuk ke peringkat atas perguruan tinggi dunia, seperti QS World University Ranking (WUR) dan Times Higher Education (THE).
Najib menegaskan bahwa dorongan terhadap peringkat kampus dunia bukan semata untuk pamer, tetapi agar Indonesia mampu menarik lebih banyak talenta global.
Ekosistem Inovasi Butuh Talenta Global
Menurutnya, perguruan tinggi dengan reputasi global dapat menarik mahasiswa dan ilmuwan dari berbagai negara untuk datang dan berkontribusi dalam sistem inovasi Indonesia.
"Nah, dengan banyaknya talenta global itu, kita ingin membangun sistem inovasi kita, memperkuat ekosistem inovasi kita dengan keragaman talenta global itu. Kalau kita lihat Amerika Serikat itu, innovation-nya itu tidak dibangun oleh orang Amerika sendiri, tapi oleh talenta global dari Cina, dari India, dari Indonesia, dari berbagai negara. Nah, ini yang kita ingin lakukan, dalam jumlah yang masif kita ingin meningkatkan ekosistem inovasi kita," terang Najib.
- Penulis :
- Gerry Eka
- Editor :
- Tria Dianti







