
Pantau - Ancaman banjir rob yang terus melanda pesisir utara Jakarta sepanjang tahun 2025 mendorong berbagai pihak untuk mencari solusi jangka pendek dan jangka panjang, mulai dari penanaman mangrove hingga pembangunan tanggul raksasa.
Fenomena banjir rob terutama terjadi saat fase bulan baru atau parigee, ketika permukaan laut lebih tinggi dari daratan, menyebabkan air laut masuk ke permukiman warga hingga merendam ruang tamu dan kamar tidur.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara rutin mengeluarkan peringatan dini setiap awal bulan, mencakup wilayah-wilayah rawan seperti Penjaringan, Cilincing, Tanjung Priok, serta pelabuhan-pelabuhan utama dan kawasan Ancol.
Dampak Rob dan Langkah Tanggap Darurat
Banjir rob berdampak luas terhadap kehidupan warga, termasuk merusak kendaraan akibat kandungan garam tinggi, mengganggu mobilitas di jalan yang tergenang, dan melumpuhkan aktivitas ekonomi pesisir.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan jajaran wilayah menyiagakan mesin pompa air, personel penyedot genangan, serta memasang tanggul darurat dari karung pasir.
Kolaborasi juga dilakukan dengan BPBD, Dinas Gulkarmat, TNI, dan Polri dalam upaya respons cepat menghadapi banjir.
"Manusia tidak bisa melawan alam, tetapi harus beradaptasi," ungkap salah satu pernyataan yang menjadi dasar arah kebijakan pemerintah dalam menangani bencana banjir rob.
Strategi Jangka Panjang: Mangrove dan NCICD
Dalam masa kampanye Pilkada, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menggagas konsep Giant Mangrove Wall, yaitu tanggul alami dari tanaman mangrove yang berfungsi menahan air laut, mengurangi abrasi, dan memperlambat penurunan tanah.
Penanaman bibit mangrove dilakukan secara serentak di sepanjang pantai Jakarta oleh berbagai pihak.
Harapannya, Jakarta menjadi kota modern yang berbasis lingkungan dan terlindungi dari laut oleh sabuk hijau mangrove.
Selain pendekatan ekologis, pemerintah juga mengandalkan proyek strategis nasional NCICD (National Capital Integrated Coastal Development) sebagai solusi jangka panjang.
Proyek ini mencakup pembangunan tanggul raksasa sepanjang 28,2 kilometer di pesisir utara Jakarta.
Dari total panjang tersebut, baru 11,82 kilometer yang rampung, sementara sisanya 16,38 kilometer masih dalam tahap pembangunan bertahap hingga tahun 2029 (multi years).
Pada 12 Desember, Gubernur Pramono Anung meninjau langsung progres pembangunan tanggul di Ancol Barat sepanjang 2,1 kilometer yang sudah mencapai 92 persen dan ditargetkan selesai Januari 2026.
Tantangan Anggaran dan Seruan Kolaborasi
Pembangunan tanggul menghadapi kendala pendanaan, terutama setelah Pemprov DKI kehilangan lebih dari Rp14 triliun dana bagi hasil dari pemerintah pusat.
Meski begitu, pembangunan tetap dilakukan melalui kolaborasi antara Kementerian PUPR, PT Pelindo, BUMN/BUMD, serta pihak swasta.
"Semua pihak harus bekerja sama tanpa ego sektoral untuk menyelesaikan masalah rob," tegas Gubernur Pramono dalam salah satu kunjungannya ke proyek tanggul.
Pemerintah berharap pembangunan tanggul dan penguatan berbasis lingkungan dapat menyelesaikan masalah rob secara menyeluruh, sehingga warga pesisir tidak lagi hidup dalam kecemasan dan roda ekonomi Jakarta dapat terus berputar.
- Penulis :
- Gerry Eka



