
Pantau.com - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) meminta pemerintah memperhatikan aspek mitigasi di kawasan bencana gempa bumi maupun tsunami.
Menurut Kepala BPPT Unggul Priyanto, pemerintah harus berkaca dari Jepang yang telah menyiapkan diri sedemikian rupa jika gempa kembali datang.
"Misalkan standar bangunan (para pengembang) di beberapa kota potensi gempa, harus diprediksi dengan ukuran gempa yang kira-kira sebesar apa potensinya. Saya juga berharap tidak muncul lagi berita yang sensasional sehingga menimbulkan kesalahpahaman dan kecemasan di masyarakat,” ujar Unggul dalam keterangan tertulisnya yang diterima Pantau.com, Rabu (4/4/2018).
Baca juga: BMKG Soal Gempa dan Tsunami 57 Meter: Memang Ada Potensi
Unggul menambahkan, jika membandingkan dengan Jepang, negara yang paling siap menghadapi gempa lantaran langganan diterpa bencana juga kecolongan.
"Berkaca kepada tsunami yang terjadi di Jepang, mereka juga kecolongan. Jepang menunggu gempa terjadi di sekitar Tokyo. Tapi apa yang terjadi, Gempa Tokyo yang ditunggu tidak datang, gempa malah terjadi di Sendai," katanya.
“Jepang itu paling siap dengan gempa, mereka bikin dinding hingga lebih 8 meter, namun tsunami yang terjadi sampai bisa 15 meter, dengan demikian terlampaui dinding yang berada di sepanjang pantai Sendai. Ini merupakan salah satu contoh, bahwa gempa paling sulit sekali diprediksi kapan terjadinya dan berapa besar skalanya,” ujar Unggul.
Baca juga: Papua Nugini Dihantam Gempa Berkekuatan 6,6 SR
Sebelumnya, dalam sebuah diskusi di Gedung BMKG, Peneliti tsunami pada Balai Pengkajian Dinamika Pantai BPPT Widjo Kongko menyebutkan tentang potensi tsunami akan terjadi di kawasan Pandeglang, Banten.
"Di Jawa Barat itu sumber gempa besar. Di situ bisa dikatakan di selatan bisa mencapai 8,8 Magnitudo atau 9 sehingga kaidah umum kalau di atas 7 Magnitudo dan terjadi di lautan dangkal sumbernya, maka potensi tsunami besar akan terjadi di daerah sana," ujar Widjo di gedung BMKG, Kemayoran, Jakarta, Selasa, 3 April 2018.
- Penulis :
- Adryan N