
Pantau.com - Raut kesedihan masih tampak jelas di wajah Lena Anggraini (30), adik kandung dari almarhum Dede Ruhimat (31), korban tewas pertama akibat mengonsumsi miras oplosan yang telah merenggut puluhan nyawa di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung.
Lena pun menceritakan firasat yang dia rasakan beberapa hari sebelum kakak kandungnya itu menemui ajalnya.
"Yang bikin kagetnya, beberapa hari sebelum meninggal, Aa saya itu salat terus dan minta maaf sama orangtua sama istri, terus cium istri dan cium bapak," ujar Lena kepada Pantau.com di Jalan Bypass, Desa Cicalengka Wetan, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung.
Baca juga: Cerita Sedih Istri Korban Miras: Dede Meninggal di Pangkuan Saya
"Permintaan terakhirnya ingin tidur dipangkuan istrinya. Setelah 10 menit tidur dipangkuan istrinya, detak jantungnya udah enggak ada," katanya.
Beberapa jam sebelum Dede meninggal, kata Lena, ia masih sempat diantar berbelanja ke pasar oleh almarhum, setelah dari pasar kemudian almarhum mampir ke tempat mangkalnya sehari-hari saat mengojek untuk melunasi hutangnya.
Lena Anggraini (Foto: Pantau.com/Sahat Amos Dio)
"Dia orangnya tegar dan kuat sampai bisa menahan sakit karena keracunan miras oplosan itu, dia masih bisa bawa motor terus ngajak saya belanja ke pasar. Setelah dari pasar, dia ke pangkalan ojek bayar hutang Rp100 ribu sama temannya terus beli bensin, lalu sampai rumah dia bolak balik ke saung di samping rumah, dalam menahan rasa sakitnya dia minta tolong teriak-teriak sama bapak sampai warga samping dengar," katanya.
Lena mengakui bahwa almarhum kakak kandungnya memang sering mengonsumsi minuman keras dan mampu menghabiskan lebih dari satu botol miras dalam sehari.
"Dari bujangan sebelum punya istri, Aa suka minum suka mabuk, terus yang diminum bukan minuman keras yang mahal harganya, tapi miras yang murah harganya Rp20 ribu yaitu gingseng yang dibeli di warung Jalan Bypass," katanya.
Baca juga: Warga: Tersangka Miras Cicalengka Sering Buang Sisa Racikan ke Sungai
"Aa saya tuh kuat 4 botol habis sendiri setelah ada produk oplosan gingseng baru, minum seteguk aja udah beda rasanya dan dia rasa badannya seperti terbakar, ngeliat orang putih semua tapi Aa masih bisa bawa motor," sambungnya.
Meski begitu, lanjut Lena, almarhum kakak kandungnya selalu ingat dengan orang sekitar bila mendapatkan rezeki, walau rezeki yang didapat tidaklah banyak.
"Kalau ada rezeki dia selalu membagi, walaupun ada uang sedikit juga," katanya.
Tempat peristirahatan terakhir Dede Ruhimat (Foto: Pantau.com/Sahat Amos Dio)
Senada dengan penuturan Lena, Didi (70) ayah kandung Dede, mengakui jika anaknya itu sempat meminta maaf pada dirinya beberapa hari sebelum meregang nyawa.
"Sebelum meninggal, Nde (panggilan akrab Almarhum Dede) minta maaf sama saya terus titip istri dan salat maghrib bareng saya," ujar Didi.
Didi, ayah korban (Foto: Pantau.com/Sahat Amos Dio)
Didi menambahkan, Dede merupakan salah satu anaknya yang rajin beribadah. Sedari kecil, Dede rajin mengaji dan memperdalam ilmu agama.
"Semasa kecil almarhum menggembala kerbau, rajin mengaji, salatnya rajin," ujar Didi.
Baca juga: Warga Cicalengka Sebut Penjual Miras Maut Bukan Penduduk Asli
Yang selalu teringat, sambung Didi, sebelum putranya meninggal dunia dia mendengar rintihan almarhum karena menahan rasa sakitnya akibat miras oplosan jenis ginseng yang dikonsumsi sebelumnya.
"Saya panik pas almarhum teriak-teriak minta tolong ke saya karena kesakitan, dia rasa eungap perutnya," ucapnya.
- Penulis :
- Adryan N