billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Hilangnya Sorak-sorai Panjat Pinang di Hari Kemerdekaan Tahun Ini

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

Hilangnya Sorak-sorai Panjat Pinang di Hari Kemerdekaan Tahun Ini

Pantau.com - Sudah menjadi tradisi bahwa setiap tahunnya perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia acap kali diwarnai dengan beragam kegiatan untuk memaknai dan menyemarakkannya.

HUT RI selalu dihiasi dengan upacara peringatan, diskusi, dialog, seminar hingga bakti sosial. Tak luput juga anake lomba serta pertandingan unik nan menarik di seluruh penjuru Tanah Air.

Masyarat Indonesia menyebut momentum itu sebagai Agustusan. Julukan itu bermakna peringatan atau perayaan yang identik dengan beragam kegiatan yang bernuansa seremonial dan meriah, termasuk perlombangan tingkat RT, RW, bahkan skala lebih luas lagi di tingkat nasional.

Kebiasaan itu sudah menjadi tradisi setiap menjelang, saat, dan setelah tanggal 17 Agustus. Jenis lomba dan pertandingannya disepakati antarwarga yang direpresentasikan dalam sebuah kepanitiaan. Dari balap karung, makan kerupuk, tangkap belut, lomba lari, lomba joget, sepeda hias, senam ibu-ibu, barus-berbaris, tangkap bebek, gebuk bantal dan beragam lainnya.

Dari semua aneka lomba dan pertandingan setiap Agustusan, panjat pinang jadi primadonanya. Permainan ini selain membutuhkan kerja keras dan kekompakan dari seluruh anggota tim juga mengundang perhatian massa sebagai supporter. Sorak-sorai dan tawa mewarnai lomba ini. Ada serius dan lucunya ketika para pemanjat berjuang menaiki pohon pinang yang licin karena dilumuri oli.

Ada makna di balik lomba panjat piang itu. Untuk mencapai puncaknya, ada jalan rintangan yang tidak mudah. Ini menggambarkan susahnya perjuangan untuk meraih Sang Saka Merah Putih yang ada di pucuk. Tidak lupa, ada beragam hadiah menarik di sekitar bendera, dari makanan ringan, sejumlah uang hingga peralatan rumah tangga.

Baca juga: Panjat Pinang Kini Dilarang dalam Perayaan HUT RI

Ilustrasi lomba panjat pinang. (Foto: Antara/Adeng Bustomi)

Festival

Warga Jakarta Timur selama ini menyelenggarakan panjat pinang dengan cara yang unik, yakni panjat pinang di atas aliran Kalimalang. Ada juga lomba gebuk bantal di atas kali yang membentang dari timur Jakarta itu. Untuk lomba ini, pohon pinang direbahkan di atas kali kemudian pemainnya saling gebuk pakai bantal.

Kegiatan tahunan itu menjadi daya tarik tersendiri bagi warga. Apalagi dikemas dalam bentuk "Festival Kalimalang". Setiap Agustusan, panjat pinang melegenda, bukan saja di masyarakat Jakarta tetapi juga daerah lain. Panjat pinang melengkapi kenangan kegembiraan semua lapisan masyarakat.

Momentum itulah yang dimanfaatkan oleh sejumlah pedagang untuk menjual batang pohon pinang di Jalan Manggarai Utara 1, tepatnya di pertigaan Jalan Manggarai, Jakarta Selatan. Salah satunya, Jawir (59). Dia mengaku, sudah 30 tahun menjadi perajin dan penjual batang pohon yang digunakan untuk lomba panjat pinang.

Setiap menjelang perayaan HUT Kemerdekaan RI, dia mengakui sering "kebanjiran" pesanan pohon pinang. "Saya ngasah batang pinang dari tahun 1989. Ini kan usaha musiman, lumayan banyak peminat buat lomba," kata Jawir.

Setiap tahun, biasanya dia menjual 30 batang. Harga untuk sebatang pohon pun lumayan, yakni mulai dari Rp700 ribu hingga Rp2 juta. Untuk harga tergantung nego sama ongkos kirim. Dia mengaku telah menerima pesanan 15 batang pinang sejak berjualan pada 7 Agustus 2020.

Perajin menyelesaikan pembuatan kerajinan pohon panjat pinang untuk lomba perayaan HUT kemerdekaan Republik Indonesia di Manggarai, Jakarta, Kamis (13/8/2020). (Foto: Antara/Aditya Pradana Putra)

Tipis

Penjual batang lainnya mengatakan untuk satu batang pohon pinang dipatok dengan harga bervariasi. Namun jika konsumen minta diantar langsung ke alamat harganya mengalami kenaikan sesuai dengan lokasi tujuan.

Berbeda dengan Jawir, dia menjual batang pinang ukuran delapan meter yang khusus anak-anak harganya Rp500 ribu per batang. Ukuran 10 meter harganya Rp700 ribu belum termasuk ongkos kirim. Biaya itu belum ongkos serut dan pengampelasan. Juga biaya untuk membuat variasi berupa lingkaran dari bambu untuk menggantung hadiah.

Namun Arifin (58), salah satu perajin bambu di Manggarai yang kini juga menjual batang pinang untuk lomba panjat pinang mengaku tahun ini tidak menggembirakan. Ekonomi masyarakat sebagai modal dasar gotong-royong untuk aneka perlombaan sedang lesu akibat wabah virus korona (COVID-19).

"Harapan tipis, sekarang ada COVID-19, tahun ini tidak taruh harapan tinggi," kata Arifin.

Bagi Arifin mengasah pohon pinang untuk panjat pinang sudah jadi pekerjaan musiman setiap bulan Agustus. Ia mengaku ada yang terasa hilang atau kurang jika tidak membuat dan menyediakan pohon pinang saat Agustusan.

Hampir setiap tahun di bulan Agustus, Arifin dan sejumlah perajin bambu di kawasan tersebut menyediakan pohon pinang untuk panjat pinang. Hal itu sudah dimulai sejak tahun 1990.

Hanya ada tiga perajin bambu di Jalan Manggarai Utara 2 yang masih bertahan setiap tahun membuat dan menyediakan pohon pinang, yakni  rifin dan dua teman sejawatnya Kusnadi serta Iis. Ketiganya berjualan di satu lokasi, hanya terpisah tempat satu dan lainnya dengan jarak sekitar 5 sampai 10 meter.

Sepi

Perajin menyelesaikan pembuatan kerajinan pohon panjat pinang untuk lomba perayaan HUT kemerdekaan Republik Indonesia di Manggarai, Jakarta, Kamis (13/8/2020). (Foto: Antara/Aditya Pradana Putra)

Tahun ini, Arifin dan dua perajin bambu lainnya berkongsi untuk membeli pohon pinang dari wilayah Rangkasbitung, Banten. "Biasanya kita pesan masing-masing, karena permintaan cukup banyak. Tahun ini kita urunan, patungan belilah," kata Arifin.

Satu pohon pinang yang sudah diserut dan diamplas serta diberi lingkaran yang berfungsi untuk menggantungkan hadiah dihargai Rp1 juta hingga Rp1,5 juta per batang. Harga tersebut belum termasuk ongkos pengiriman.

Sebelum pandemi COVID-19, tujuh hari menjelang HUT Kemerdekaan RI, penjual pohon pinang biasanya sudah mendapatkan pesanan dari pembeli dengan jumlah bervariasi. Namun tahun ini hingga H-3, belum ada pesanan yang datang, baik dari pelanggan maupun pembeli dadakan.

Arifin mengaku sudah menyiapkan 10 pohon pinang siap jual dari 20 pohon pinang yang dipesan dari wilayah Rangkas Bitung, Banten. "Tahun ini saya enggak banyak pesan, cuma pesan 20 batang dan baru saya bikin 10 batang yang siap dijual," kata Arifin.

Kesepuluh batang pohon pinang tersebut telah diserut dan diamplas kulit luarnya sehingga terlihat mulus untuk dipanjat. Selain itu, pohon pinang tersebut juga sudah terpasang tempat untuk menggantung hadiah terbuat dari batang bambu yang dibuat melingkar dengan diameter 1,5 meter.

Baca juga: Upacara HUT RI ke-75 di Istana Merdeka Bakal Tetap Digelar, tapi...

Ditiadakan

Namun harapan para penjual barang pinang itu tinggal harapan. Sejak awal mereka telah menyadari pesanan pohon pinang tahun ini sepi. Hanya saja, sebagai perajin pohon pinang yang sudah ada di DKI Jakarta sejak 1990, tetap menyiapkan pohon itu dalam jumlah sedikit untuk mengantisipasi pesanan. Ternyata stok yang sedikit itupun tidak bakal dipesan karena adanya larangan menyelenggarakan aneka perlombaan.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meniadakan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (CFD) dan kegiatan perayaan Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2020 (17-an) di Ibu Kota. Hal itu terkait perpanjangan PSBB transisi fase I untuk keempat kalinya. "Seluruh aktivitas sosial bersama yang menyebabkan kerumunan itu akan ditunda," kata Anies dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (13/8).

Kemudian untuk perayaan Agustusan, Anies menekankan bahwa yang tidak diperbolehkan adalah lomba-lomba yang biasanya dilakukan saat perayaan HUT Kemerdekaan RI. Namun kegiatan menghias kampung, rumah maupun kantor bisa tetap diizinkan, justru menjadi imbauan. Bahkan jika ingin melaksanakan upacara pun diperbolehkan dengan jumlah yang terbatas.

Karena lomba-lomba inilah yang menyebabkan kerumunan tanpa terkendali. Sedangkan upacara relatif bisa dikendalikan karena jarak antarorang bisa diatur hingga tata caranya. Kebijakan itu menyebabkan harapan para penjual barang pinang kandas. Mereka pun harus mencari solusi agar batang pinang yang sudah terlanjur dipesan dan diolah tidak mubazir.

Solusi yang masih memungkinkan antara lain mengalihkan penjualan ke daerah lain yang tidak ada PSBB. Bisa juga ditawarkan ke perusahaan properti atau perorangan yang sedang membangun bangunan bertingkat sebagai penyangga coran.

Orang-orang yang menekuni bisnis batang pinang umumnya adalah penjual bambu yang aktivitas perdagangannya ikut terdampak wabah virus korona. Selayaknya mereka yang termasuk usaha skala kecil itu juga tersentuh upaya pemerintah memulihkan perekonomian. Agar perekonomian keluarga mereka yang sudah terimpa wabah tidak semakin terjerembab akibat tidak terjualnya batang-batang pinang.

Penulis :
Noor Pratiwi