Pantau - Kementerian Agama (Kemenag) mengakui kasus yang menyeret Lembaga Amil Zakat Aksi Cepat Tanggap (LAZ ACT) membuat kepercayaan publik merosot.
Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag, Waryono Abdul Ghafur mengatakan, hal ini sudah diantisipasi dengan mendorong adanya transparansi dalam pengelolaan zakat.
“Karena ternyata di sekitar kita masih banyak orang-orang miskin, lalu pertanyaannya uang zakat kita ke mana? Nah, ini yang kita dorong agar adanya transparansi,” ujarnya, Jumat (5/1/2024).
Waryono meyakini, apabila pengelolaan zakat memang sudah memiliki integritas dan transparan, maka hal ini akan kembali meningkatkan kepercayaan publik.
Ia mengungkapkan, akibat adanya kasus LAZ ACT yang mencuat, aparat penegak hukum kini sudah melirik dana zakat yang dikelola.
“Saya optimis karena zakat ini kan sebenarnya basisnya kepercayaan masyarakat. Kepercayaan ini terbangun apabila pengelolanya berintegritas dan transparan,” lanjutnya.
Namun, ia menyampaikan, masih banyak dana zakat yang belum terdata dengan baik. Hal ini karena sebagian besar masyarakat masih melakukan pembayaran zakat secara konvensional.
Pembayaran zakat secara konvensional yang dimaksud adalah kepada masjid dekat rumah, ulama, atau sekolah yang tidak terdata di Kemenag.
“Makanya ke depan bagaimana kita mengorganisir, karena dari zakat fitrah saja itu potensinya sekitar Rp6 triliun tiap tahun,” tandasnya.
- Penulis :
- Aditya Andreas
- Editor :
- Muhammad Rodhi
