Pantau Flash
HOME  ⁄  News

Pemerintah Buka Suara Terkait Penurunan Omzet Pedagang Kantin Imbas MBG

Oleh Laury Kaniasti
SHARE   :

Pemerintah Buka Suara Terkait Penurunan Omzet Pedagang Kantin Imbas MBG
Foto: Makan Bergizi Gratis (ANTARA/M Fikri Setiawan)

Pantau - Pemerintah memberikan tanggapan terkait penurunan omzet yang dialami oleh para pedagang kantin di berbagai sekolah yang disebabkan oleh program makan bergizi gratis (MBG). Keluhan tersebut akan menjadi pertimbangan untuk membuka keterlibatan kantin sekolah dalam program ini.

"Jadi apa yang kemudian menjadi masukan dari para penyelenggara kantin, yang ada di sekolah-sekolah, kita akan jadikan masukan. Nanti kita akan pikirkan lagi bagaimana agar nanti pola MBG ini juga bisa melibatkan kantin-kantin ini. Kita akan pilihkan ke depan," kata juru bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Adita Irawati, Senin (13/1/2025).

Adita menjelaskan bahwa prinsip utama dari program MBG ini adalah kecukupan gizi untuk anak, kebersihan makanan, dan pemberdayaan ekonomi. Oleh karena itu, keluhan dari kantin sekolah akan menjadi bahan pembahasan lebih lanjut.

Sebelumnya diketahui bahwa program MBG telah bergulir selama sepekan. Namun, pemilik kantin bernama Indah (45) di SDN Lengkong Gudang, Tangerang Selatan mengeluhkan pendapatan turun sampai 50 persen, bahkan ada menu yang terpaksa harus dikurangi.

"Pasti (ada penurunan) drastis, kalau dihitung dari hasil per hari. Dulu bisa sampai 500 ribu, sekarang paling 250 ribu. Biasanya kita jual mie ayam, sekarang udah nggak, sampai tutup. Dulu ada Mie Gacoan. Sekarang jual gini-gini doang (es, sempol, batagor)," kata Indah.

Indah mengaku bimbang dengan adanya program ini. Di satu sisi, dia sebagai orang tua merasa terbantu dengan program makan bergizi gratis namun di sisi lain, dagangan kantin menjadi sepi.

"Duh susah ya, saya juga sebagai wali murid punya anak sekolah mendukung jadi nggak repot ngasih bekel. Tapi kalau sebagai pedagang ya gimana, pasti omzetnya ngaruh," ungkapnya.

Indah berharap agar program MBG ini tidak hanya memberikan manfaat bagi para orang tua dan siswa, tetapi juga bisa memberikan solusi bagi pedagang kantin sekolah. Sebab, hasil jualan di kantin dipakainya untuk kehidupan sehari-hari.

"Ya saya setuju kalau misal pemerintah bisa melibatkan pihak kantin sekolah juga, mungkin untuk makanan kecilnya," harap Indah.

Baca juga: BGN Pastikan Program Makan Bergizi Gratis Dievaluasi Tiap Hari

Selain Indah, ada Yanti juga berjualan di kantin SDN Lengkong Gudang, menjual camilan seperti makaroni, martabak mini, martabak telur, es mambo, dan piza mini. Dia berjualan mulai 06.30 WIB hingga 16.30 WIB.

Yanti mengungkapkan bahwa keuntungan dari hasil jualan belum cukup untuk membeli sembako. Apalagi, anaknya masih kuliah dan suaminya sudah meninggal. Ia juga tidak menerima bantuan apapun dan untuk BPJS, ia yang harus membayar sendiri.

"Biasanya itu Rp 200 ribu, paling kecil Rp 80 ribu. Tapi ini kemarin cuma Rp 40 ribu. Kalo itu buat apa? Buat belanja sembako aja kurang. Makanya kemarin saya enggak jualan dari hari Rabu, cuma jualan di hari Senin sama Selasa doang, dapatnya juga 40-40," ucap Yanti.

“Sekarang itu nyari uang 100 ribu itu susah banget. Mana anak saya masih kuliah, suami udah meninggal. Enggak dapat bantuan, janda juga gak dapat apa-apa. BPJS saya yang bayar, boro-boro beras raskin dapat, ini mah kagak,"imbuhnya.

Padahal setiap hari ia harus menyetor sejumlah uang untuk biaya sewa kantin, yang membuat keuntungan bersihnya semakin berkurang. Sehingga pendapatannya menjadi jauh lebih kecil.

"Kantinnya nyewa, sehari Rp 10 ribu, pertama masuknya Rp 2,5 juta terus setiap hari kalau saya masuk itu, saya kasih 10 ribu, ya berarti dapatnya tinggal Rp 40 ribu," ujar Yanti.

Akibatnya Yanti mulai mempertimbangkan untuk beralih profesi. Karena menurutnya, berjualan di kantin sekolah semakin sulit memberikan pemasukan sementara anaknya masih membutuhkan biaya untuk pendidikan.

"Iya belom (modal). Makanya saya mau berhenti, mau jadi pembantu aja. Soalnya nggak cukup buat anak saya yang kuliah, terus nggak ada yang bantu," jelas Yanti.

Baca juga: Jubir PCO: Sisa Makanan MBG Bisa Diolah jadi Kompos hingga Industri Maggot

Penulis :
Laury Kaniasti