
Pantau - Kepolisian Republik Indonesia (Polri) terus berupaya meningkatkan transparansi dan kualitas dalam proses rekrutmen dengan memutakhirkan alat tes seleksi. Langkah ini bertujuan agar proses seleksi terjamin objektif sehingga menghasilkan personel yang berkualitas.
"Proses rekrutmen ini betul-betul kita pertimbangkan yang paling utama adalah kualitas," kata Irwasum Polri Komjen Dedi Prasetyo, Rabu (5/2/2015).
SDM Polri belajar dari pengalaman sebelumnya, di mana peserta atau orang tua sering mempermasalahkan nilai tes kesehatan dan psikologi. Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa seluruh alat ukur yang digunakan dalam seleksi harus terverifikasi dan memiliki standar kualitas yang jelas.
"Oleh sebab itu saya minta seluruh alat ukur yang kita gunakan dalam proses seleksi semuanya harus betul-betul terverifikasi dengan baik. Semuanya harus betul-betul disiapkan dengan baik karena waktu (seleksi) kita cukup panjang. Kita harus betul-betul bisa mitigasi masalah-masalah yang bisa timbul dalam proses tahapan-tahapan seleksi," jelasnya.
Pada seleksi mendatang, tes psikologi akan menggunakan metode Situational Judgment Test (SJT) yaitu sistem penilaian yang mengevaluasi kemampuan seseorang dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan kerja. Tes ini dirancang untuk mengukur keterampilan pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan kemampuan interpersonal.
Sementara untuk pemeriksaan kesehatan, pada seleksi mendatang akan dilakukan pemeriksaan saraf. Khusus untuk calon taruna Akademi Kepolisian akan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum tes jasmani.
Instrumen digital dalam proses rekrutmen diharapkan dapat meningkatkan objektivitas hasil pemeriksaan, sejalan dengan tuntutan Polri untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Baca juga: Sebanyak 17.221 Peserta Lolos Seleksi CPNS Kemenag Tahun Anggaran 2024
- Penulis :
- Laury Kaniasti