Pantau Flash
HOME  ⁄  News

Trump Naikkan Biaya Visa H-1B Jadi Rp1,6 Miliar per Tahun, China Respons Ajak Talenta Global ke Negaranya

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Trump Naikkan Biaya Visa H-1B Jadi Rp1,6 Miliar per Tahun, China Respons Ajak Talenta Global ke Negaranya
Foto: (Sumber: Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing, Senin (22/9). (ANTARA/Desca Lidya Natalia))

Pantau - Pemerintah China merespons kebijakan terbaru Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menaikkan biaya aplikasi visa H-1B menjadi 100.000 dolar AS atau sekitar Rp1,6 miliar per tahun, yang diberlakukan bagi perusahaan di AS yang mempekerjakan tenaga kerja asing, khususnya di sektor teknologi.

"Kami tidak punya komentar tentang kebijakan visa AS, tapi China menyambut talenta dari berbagai sektor dan bidang di seluruh dunia untuk datang," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers di Beijing pada Senin, 22 September 2025.

Tujuan Trump: Tekan Imigrasi, China Ajak Talenta Global

Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada Jumat, 19 September 2025, yang mewajibkan perusahaan membayar biaya tambahan sebesar 100.000 dolar AS untuk setiap pekerja asing dengan visa H-1B setiap tahunnya.

"Kita membutuhkan pekerja. Kita membutuhkan pekerja yang hebat. Dan ini hampir memastikan bahwa itulah yang akan terjadi," kata Trump dalam pidatonya.

Kebijakan ini disebut sebagai langkah untuk memperketat kontrol imigrasi dan mencegah penyalahgunaan sistem visa oleh perusahaan-perusahaan yang dinilai menggantikan tenaga kerja domestik dengan pekerja asing yang lebih murah.

Menanggapi kebijakan ini, China menekankan pentingnya mobilitas global tenaga kerja dalam mendorong kemajuan ekonomi dan teknologi.

"Dalam dunia yang terglobalisasi, arus talenta lintas batas berperan penting dalam kemajuan teknologi dan ekonomi global. Kami mendukung bagi talenta-talenta tersebut untuk menemukan pijakan mereka di China demi kemajuan umat manusia sekaligus kesuksesan karier pribadi," ungkap Guo Jiakun.

Pukulan untuk Teknologi AS yang Bergantung pada Pekerja Asing

Visa H-1B adalah visa non-imigran yang memungkinkan perusahaan di AS mempekerjakan pekerja asing untuk sementara waktu dalam bidang-bidang khusus, seperti sains, kedokteran, pendidikan, bioteknologi, dan spesialisasi bisnis lainnya yang membutuhkan keahlian tinggi atau gelar sarjana.

Kebijakan baru ini diperkirakan akan memberikan dampak besar pada industri teknologi AS yang sangat bergantung pada tenaga kerja asing, terutama dari India dan China.

Data tahun lalu menunjukkan bahwa India adalah penerima visa H-1B terbesar dengan porsi 71 persen dari total yang disetujui, diikuti oleh China dengan 11,7 persen.

Jumlah pekerja asing di bidang STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika) di AS juga meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun 2000 hingga 2019, mencapai hampir 2,5 juta orang, sementara pertumbuhan lapangan kerja STEM hanya naik 44,5 persen dalam periode yang sama.

Pada semester pertama tahun 2025, sejumlah perusahaan besar AS tercatat menerima persetujuan visa H-1B dalam jumlah besar, di antaranya:

  • Amazon.com dan AWS: lebih dari 12.000 visa
  • Microsoft: lebih dari 5.000 visa
  • Meta Platforms: lebih dari 5.000 visa
Penulis :
Aditya Yohan