
Pantau - Leicester City resmi mengucapkan selamat tinggal kepada Premier League usai duduk di peringkat 18 klasemen akhir Liga Inggris musim 2022-2023.
Meski meraih kemenangan di laga pamungkas melawan West Ham United, namun poin yang diperoleh tak mampu menyelamatkan tim berjuluk The Foxes itu dari jeratan degradasi.
Bersama Leeds United dan Southampton, Leicester akan bermain di Divisi Championship atau kasta kedua dalam struktur Liga Inggris musim depan.
Padahal, Leicester pernah mengukir kisah manis bak dongeng saat menjuarai Liga Inggris musim 2015-2016 lalu. Berikut ulasan selengkapnya.
Leicester City mampu menembus kompetisi teratas Liga Inggris di musim 2014 setelah menjadi juara Divisi Championship. Ini menandakan kembalinya mereka setelah absen selama 10 tahun.
Di musim perdana, Leicester mengalami kesulitan berasing dan terus berada di zona degradasi. Namun, akhirnya mereka mampu bangkit dan bertahan di posisi 14 klasemen akhir.
Di musim kedua, tanpa disangka-sangka, Leicester mampu berada di papan atas klasemen mengalahkan sejumlah klub besar langganan penghuni Big Six macam Manchester City, Manchester United, Liverpool, Arsenal, Chelsea, dan Tottenham Hotspurs.
Tangan dingin Claudio Ranieri mampu menyatukan sejumlah pemain yang kala itu belum terkenal menjadi ancaman nyata, seperti Riyad Mahrez, N'Golo Kante, dan Jamie Vardy.
Di musim 2015-2016, Leicester City di luar dugaan mampu menjuarai Liga Inggris. Bahkan, mereka mampu unggul 10 poin dari Arsenal yang berada di peringkat kedua.
Dengan titel juara Liga Inggris, Leicester berhak bermain di ajang Liga Champions 2016-2017. Tak hanya sekadar numpang lewat, The Foxes mampu melaju hingga babak perempat final sebelum dikalahkan Atletico Madrid.
Selain menjuarai titel Liga Inggris, Leicester juga merupakan kampiun Piala FA pada musim 2020 dan Community Shield pada musim selanjutnya.
Di musim 2017, laju Leicester mulai tersendat. Secara berturut-turut, mereka meraih posisi 12 (2017), 9 (2018 dan 2019), 5 (2020 dan 2021), 8 (2022), hingga harus terdegradasi pada musim ini.
Meski meraih kemenangan di laga pamungkas melawan West Ham United, namun poin yang diperoleh tak mampu menyelamatkan tim berjuluk The Foxes itu dari jeratan degradasi.
Bersama Leeds United dan Southampton, Leicester akan bermain di Divisi Championship atau kasta kedua dalam struktur Liga Inggris musim depan.
Padahal, Leicester pernah mengukir kisah manis bak dongeng saat menjuarai Liga Inggris musim 2015-2016 lalu. Berikut ulasan selengkapnya.
Kisah Leicester City
Leicester City mampu menembus kompetisi teratas Liga Inggris di musim 2014 setelah menjadi juara Divisi Championship. Ini menandakan kembalinya mereka setelah absen selama 10 tahun.
Di musim perdana, Leicester mengalami kesulitan berasing dan terus berada di zona degradasi. Namun, akhirnya mereka mampu bangkit dan bertahan di posisi 14 klasemen akhir.
Di musim kedua, tanpa disangka-sangka, Leicester mampu berada di papan atas klasemen mengalahkan sejumlah klub besar langganan penghuni Big Six macam Manchester City, Manchester United, Liverpool, Arsenal, Chelsea, dan Tottenham Hotspurs.
Tangan dingin Claudio Ranieri mampu menyatukan sejumlah pemain yang kala itu belum terkenal menjadi ancaman nyata, seperti Riyad Mahrez, N'Golo Kante, dan Jamie Vardy.
Di musim 2015-2016, Leicester City di luar dugaan mampu menjuarai Liga Inggris. Bahkan, mereka mampu unggul 10 poin dari Arsenal yang berada di peringkat kedua.
Dengan titel juara Liga Inggris, Leicester berhak bermain di ajang Liga Champions 2016-2017. Tak hanya sekadar numpang lewat, The Foxes mampu melaju hingga babak perempat final sebelum dikalahkan Atletico Madrid.
Selain menjuarai titel Liga Inggris, Leicester juga merupakan kampiun Piala FA pada musim 2020 dan Community Shield pada musim selanjutnya.
Di musim 2017, laju Leicester mulai tersendat. Secara berturut-turut, mereka meraih posisi 12 (2017), 9 (2018 dan 2019), 5 (2020 dan 2021), 8 (2022), hingga harus terdegradasi pada musim ini.
- Penulis :
- Aditya Andreas










