
Pantau.com - Federasi Bulu tangkis Dunia (BWF) menerapkan beberapa peraturan baru di 2018. Salah satunya mengenai tinggi maksimal seorang atlet melakukan service. BWF memberlakukan tinggi maksimal atlet melakukan service hanya 1,15 meter.
Kebijakan ini tentu mendapat banyak pertentangan dari berbagai pihak. Seperti misalnya tunggal putra Denmark, Viktor Axelsen. Melalui akun instagramnya, tunggal peringkat satu dunia itu menyentil kebijakan baru BWF tersebut.
Axelsen merasa peraturan baru mengenai tinggi maksimal service sangat tidak adil. Mengingat, ia memiliki tinggi 1,94 meter yang jelas akan sangat menyulitkan saat melakukan service.
Penolakan juga datang dari legenda bulu tangkis Indonesia, Susi Susanti. Peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu mempertanyakan bagaimana sistematis dari penilaian service agar tidak fouls.
”Jangan secara manusia saja menilai apakah dia fouls atau tidak. Kita juga mempertanyakan juga jangan sampai atlet kita yang dirugikan,” ujar Susi saat ditemui di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta, Kamis (1/3/2018).
Selain itu, Susi juga mengkritik mengenai proposal perubahan poin yang tengah diajukan oleh BWF untuk dikaji. Federasi Bulu tangkis Dunia itu rencananya akan mengubah sistem poin yang semula 3x21 menjadi 5x11.
Baca Juga: Susi Susanti Berharap Tuah Indonesia Master Berlanjut di All England 2018
Ia menilai, kebijakan tersebut akan menghilangkan estetika dari olahraga bulu tangkis itu sendiri. Suami dari Alan Budikusuma itu menilai angka 11 dengan sistem reli dalam satu set sangat cepat.
“Orang senang bulu tangkis kan pasti da sesuatu yang ingin dilihat, bagaimana dia (atlet) menyusul poin, bagaimana daya juang saat ketinggalan. Itu ada faktor non teknis juga yang menentukan kemenangan atlet,” lanjut Susi.
Keterangan pers PBSI di Platnas Cipayung. (Foto: Pantau.com/Reza Saputra)
Susi juga merasa perubahan sistem poin dari 3x21 menjadi 5x11 akan sangat mengganggu bagi para atlet. Pasalnya, ia menjelaskan, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar bagi seorang atlet untuk beradaptasi dengan perubahan sistem poin.
“Dengan perubahan sistem poin yang baru akan mengubah permainan, mengubah semuanya. Sedangkan dari pola yang dulu pindah bola lalu ke rali poin adaptasinya bisa empat-lima tahun,” ujar wanita yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PBSI ini.
Perubahan sistem poin di bulutangkis sempat mengalami perubahan pada Mei 2006. Sistem poin yang semula menggunakan pindah bola dengan 3x15, berubah menjadi reli 3x21 yang saat ini masih diperunakan.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta