Pantau Flash
HOME  ⁄  Olahraga

5 Skandal Pengaturan Skor 'Terbaik' dalam Sejarah Sepakbola

Oleh Tatang Adhiwidharta
SHARE   :

5 Skandal Pengaturan Skor 'Terbaik' dalam Sejarah Sepakbola

Pantau.com - Pengaturan skor pertandingan menciptakan sesuatu yang buruk bagi citra sepakbola. Dewasa ini, publik dikejutkan dengan adanya gurita-gurita mafia yang berada dalam sepakbola nasional.

Match fixing sudah mencederai arti kata fair play yang digaungkan FIFA sejak dulu. Dimana sebelum pertandingan bendera fair play dibentangkan. Meski demikian, tetap saja tangan-tangan kotor bermain dalam muara olahraga paling populer di dunia tersebut.

Pantau.com mencoba menjabarkan 5 pengaturan skor terbaik dalam sejarah sepakbola. Ada siapa saja di sana, klub mana saja yang pernah bermain kotor dengan menghalalkan segala cara untuk meraih prestasi?

1. Skandal 'Calciopoli' Serie A (2006)

Ini tetap menjadi salah satu periode paling gelap di sepakbola Italia. Implikasi dari apa yang disebut Calciopoli, begitu dirasakan di seluruh Eropa karena beberapa klub sepakbola paling terkenal di dunia terseret ke dalam lumpur.

Otoritas Italia (FIGC) menemukan bukti pengaturan pertandingan terkait beberapa klub papan atas Serie A, Juventus, AC Milan, Fiorentina, Lazio, dan Reggina yang diduga menyuap wasit dengan imbalan keputusan yang menguntungkan tim.

Dampak skandal itu begitu besar. Juventus mendapatkan hukuman berat, Scudetto 2006 mereka dicabut dan harus terdegradasi ke Serie B. Sementara AC Milan menerima pengurangan 30 poin, Fiorentina dan Lazio menerima satu tahun larangan tampil di kompetisi Eropa. Sedangkan Reginna diberi penalti pengurangan 15 poin untuk musim berikutnya.

Presiden Reginna, Pasquale Foti dilarang dari aktivitas sepakbola selama dua tahun dan denda £20.000. Di pihak Juventus sendiri, nama Luciano Moggi juga terseret, ia pun dihukum tak boleh berkecimpung ke dalam urusan sepakbola seumur hidup.

2. Bruce Grobbelaar (1994)

Pengaturan pertandingan jarang menyentuh headline surat kabar Inggris, tetapi satu kesempatan itu terjadi. Penjaga gawang Liverpool, Grobbelaar didakwa bersama dengan rekan profesional dan pemain Wimbledon, Hans Segers dan John Fashanu terlibat match fixing.

Dua persidangan berturut-turut membuat juri gagal mencapai keputusan konklusif. Para pemain diizinkan untuk terus bermain dan ketiganya dengan penuh semangat memprotes ketidakbersalahan mereka.

Setelah penyelidikan lebih lanjut, ketiga pemain itu dibebaskan dari kesalahan melakukan karena kurangnya bukti. Untungnya, insiden ini tidak memiliki dampak negatif jangka panjang di bursa taruhan Inggris.

Hingga kini, sepakbola masih dilihat sebagai olahraga paling populer. Tak heran, dengan banyaknya orang yang bertaruh di bursa taruhan online, di ponsel, dan di lokasi toko di Inggris.

3. Dawn of the "Ghost Game" (2015)

Bagi sebagian orang, salah satu masalah terbesar untuk memecahkan masalah match fixing adalah pemain dan pejabat yang terlibat untuk memanipulasi keputusan dan hasil akhir sebuah pertandingan.

Selama beberapa tahun terakhir, mafia yang mengatur pertandingan telah menyadari bahwa itu menjadi kebutuhan mutlak dengan memberikan iming-iming uang. Ternyata, tidak semuanya seperti perkara di atas. Anda bisa mendapatkan keuntungan besar meski tak ada pertandingan.

Pada tahun 2015, dua klub Belarusia, FC Slutsk dan Shakhter Soligorsk dijadwalkan untuk bermain satu sama lain. Beberapa bandar taruhan bertaruh di pertandingan tersebut.

Kedua situs klub melaporkan bahwa hasil akhirnya adalah kemenangan 2-1 untuk tim tuan rumah. Desas-desus segera beredar bahwa permainan itu tidak pernah terjadi. 

Shakhter membuat klaim bahwa situs mereka telah diretas dan penipuan itu akhirnya dilacak, diketahui itu merupakan kerjaan mantan karyawan dari agen pengumpulan data.

4. Insiden Minuman (2010)

Sepakbola Italia sekali lagi menjadi fokus perhatian untuk sebuah lelucon. Kali ini adalah pertandingan Serie C antara Cremonense melawan Paganese.

Di awal permainan, pemain Cremonense mulai kelelahan, beberapa pemain berjuang bahkan berjalan selama pertandingan. FA Italia menginvestigasi permainan dan melacak keletihan para pemain Cremonense.

Ternyata para pemain kelimpungan akibat minuman yang telah dibubuhi oleh kiper Cremonense, Marco Paoloni. Setelah penyelidikan, Paoloni kemudian dilarang selama 5 tahun bermain, diketahui, ia telah dibayar oleh mafia terkenal asal Singapura, Dan Tan.

5. Gol Kontroversi Plateau United dan Police Machine (2013)

Jika kita ingin mendiskusikan contoh pengaturan skor pertandingan yang paling mencolok di sepakbola modern, maka kita tidak perlu melihat lebih jauh, kasus ekstrim dari kontroversi sepakbola gajah Plateau United dan Police Machine.

Insiden itu terjadi ketika persaingan klub promosi memasuki hari terakhir di sepakbola Nigeria. Pada babak pertama, Plateau United Feeders unggul 7-0 melawan Akurba FC, sementara Police Machine menggenggam keunggulan 6-0 atas Babayaro FC. Kekonyolan terjadi di babak kedua.

Plateau memenangkan pertandingan 79-0 dan Machine menyegel kemenangan 67-0. Melihat skor yang mencolok itu, FA Nigeria menduga ada kecurangan dan kemudian melakukan investigasi, keempat klub itu pun akhirnya dilarang ikut kompetisi selama 10 tahun.

Penulis :
Tatang Adhiwidharta