
Pantau - Toyota berpendapat bahwa insentif mobil hybrid tetap diperlukan di masa depan. Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam mengungkapkan alasannya.
"Mobil hybrid laku karena pertumbuhannya, tetapi apakah pertumbuhan itu sudah mencapai level ekonomis?" dikutip seperti dalam keterangannya, Kamis (31/10/20240.
Hal itu disampaikan Bob dalam konferensi pers di Universitas Indonesia, Depok, Rabu (30/10/) kemarin. Bob menyebutkan bahwa tetap perlu adanya insentif meski penjualan sedang naik.
Bob menjelaskan bahwa mobil hybrid dianggap mencapai level ekonomis ketika produksi mencapai 100 ribu unit per tahunnya.
Baca juga: Program Insentif Motor Listrik Berlanjut hingga 2025
Untuk mencapai target tersebut, diperlukan dukungan insentif dari pemerintah dan pengembangan mobil hybrid yang lebih terjangkau untuk segmen menengah ke bawah.
"Industri hybrid membutuhkan volume sekitar 100 ribu unit untuk menarik investasi. Saat ini, kita masih berada di segmen menengah atas, seperti Zenix, dan belum menjangkau segmen menengah bawah," ujarnya.
Bob juga menekankan pentingnya memproduksi komponen elektrifikasi dalam negeri, seperti baterai, unit kontrol kendaraan (VCU), motor, dan axle.
"Kami perlu mencapai skala ekonomi untuk investasi baru," tuturnya.
Baca juga: Menko Airlangga Sebut Penjualan Mobil Hybrid Tanpa Insentif Baik-baik Saja
Bob meminta pemerintah untuk mendukung industri otomotif yang sudah mapan dan berorientasi ekspor, dengan tenaga kerja Indonesia.
"Insentif seharusnya diberikan kepada konsumen, bukan industri" imbuhnya.
Ia optimis bahwa pemerintahan baru yang dipimpin Prabowo akan lebih memperhatikan mobil hybrid yang diproduksi di dalam negeri.
"Kami (Toyota) optimis," pungkasnya.
- Penulis :
- Sofian Faiq
- Editor :
- Sofian Faiq