
Pantau - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir, mengimbau agar aparatur negara tidak terlibat dalam kontestasi politik jelang Pemilu 2024.
Ia mewanti-wanti agar negara tidak menjadi salah satu pihak yang bermain atau terlibat dalam perkubuan yang mungkin muncul jelang pemilu.
"Negara itu harus tetap hadir menjadi kekuatan yang dengan berbagai pranatanya tidak terlibat dalam kontestasi," tegas Haedar dalam acara Press Gathering jelang Muktamar 48 Muhammadiyah, Senin (7/11/2022) malam.
"Ini penting agar kita tidak terlibat dalam subyektivitas politik yang ketika terjadi pembelahan, negara tidak bisa mempunyai kekuatan yang berwibawa, karena apa? Dia terlibat," imbuhnya.
Ia juga meminta hal sejenis juga perlu dilakukan oleh organisasi-organisasi masyarakat, terutama ormas besar yang dapat menentukan perjalanan bangsa dan negara serta konstelasi politik nasional.
Ia mencontohkan, Muhammadiyah sejauh ini berhasil menjaga jarak untuk tidak terlalu rapat dan condong ke kubu mana pun yang berkontestasi pada tahun politik.
"Ormas kami, alhamdulillah, dari periode ke periode, selalu mengambil jarak itu. Dan akhirnya kita akan membawa isu ini menjadi sesuatu yang bersifat kolektif," lanjutnya.
Haedar menegaskan, bangsa Indonesia memiliki trauma pada tahun-tahun politik sebelumnya, di mana identitas dijadikan senjata politik hingga menimbulkan konflik horizontal yang tajam di akar rumput.
Ia meminta, semua pihak yang terlibat dalam kontestasi 2 tahun mendatang, harus bertindak layaknya negarawan.
"Kita tidak mau mengulang lagi yang kita resahkan bersama, yaitu pembelahan politik," kata Haedar.
Ia mewanti-wanti agar negara tidak menjadi salah satu pihak yang bermain atau terlibat dalam perkubuan yang mungkin muncul jelang pemilu.
"Negara itu harus tetap hadir menjadi kekuatan yang dengan berbagai pranatanya tidak terlibat dalam kontestasi," tegas Haedar dalam acara Press Gathering jelang Muktamar 48 Muhammadiyah, Senin (7/11/2022) malam.
"Ini penting agar kita tidak terlibat dalam subyektivitas politik yang ketika terjadi pembelahan, negara tidak bisa mempunyai kekuatan yang berwibawa, karena apa? Dia terlibat," imbuhnya.
Ia juga meminta hal sejenis juga perlu dilakukan oleh organisasi-organisasi masyarakat, terutama ormas besar yang dapat menentukan perjalanan bangsa dan negara serta konstelasi politik nasional.
Ia mencontohkan, Muhammadiyah sejauh ini berhasil menjaga jarak untuk tidak terlalu rapat dan condong ke kubu mana pun yang berkontestasi pada tahun politik.
"Ormas kami, alhamdulillah, dari periode ke periode, selalu mengambil jarak itu. Dan akhirnya kita akan membawa isu ini menjadi sesuatu yang bersifat kolektif," lanjutnya.
Haedar menegaskan, bangsa Indonesia memiliki trauma pada tahun-tahun politik sebelumnya, di mana identitas dijadikan senjata politik hingga menimbulkan konflik horizontal yang tajam di akar rumput.
Ia meminta, semua pihak yang terlibat dalam kontestasi 2 tahun mendatang, harus bertindak layaknya negarawan.
"Kita tidak mau mengulang lagi yang kita resahkan bersama, yaitu pembelahan politik," kata Haedar.
- Penulis :
- Aditya Andreas