Pantau Flash
HOME  ⁄  Teknologi

Literasi Digital dan Aktivitas Fisik Disebut Harus Imbang

Oleh Wira Kusuma
SHARE   :

Literasi Digital dan Aktivitas Fisik Disebut Harus Imbang
Foto: Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid dalam wawancara cegat dengan wartawan usai rapat kerja dengan Komisi I DPR RI, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (4/2/2025). (ANTARA/Fathur Rochman)

Pantau-Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menegaskan urgensi dari literasi digital dan keseimbangan aktivitas fisik dalam menghadapi fenomena brainrot, yakni penurunan kualitas mental, akibat konsumsi konten digital berkualitas rendah. Hal itu disampaikan Meutya dalam kunjungannya ke Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.

“Kita harus bijak dalam menggunakan teknologi. Ketergantungan berlebihan terhadap gadget dan derasnya arus informasi dapat berdampak negatif pada kualitas mental," ujar Meutya seperti dilansir Antara, Jumat (21/2/2025).

Meutya juga mengajak generasi muda untuk memoderasi konsumsi digital dengan aktivitas produktif seperti membaca dan bersosialisasi. Sehingga kaum muda dalam mengelola penggunaan ruang digital dengan lebih bijak.

Baca juga: Menkomdigi Ajak Orangtua Jadi Penggerak Literasi Digital

Meutya kemudian menegaskan bahwa pendidikan dan literasi digital yang kuat menjadi kunci untuk mengatasi dampak negatif era digital. Ia mendorong peran aktif institusi pendidikan dalam membentuk kebiasaan sehat dalam berinteraksi dengan teknologi.

“Dengan literasi digital yang baik, kita bisa menghindari dampak buruk dari informasi yang berlebihan dan tak terkendali. Saya mengajak seluruh sivitas akademika UGM dan generasi muda lainnya untuk berkontribusi dalam menciptakan ruang digital yang sehat, aman, dan produktif,” tambahnya.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam membangun ekosistem digital yang mendukung terwujudnya Generasi Emas Indonesia yang cerdas, sehat, dan unggul.

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Dr. Rr. Siti Murtiningsih, S.Hum, menyoroti perkembangan filsafat pendidikan di era kecerdasan buatan (Artificial Intelligence– AI).

Dalam pidatonya bertajuk “Mendidik Manusia Bersama Mesin: Filsafat dan Pendidikan di Era Kecerdasan Buatan”, ia mengajak masyarakat untuk reflektif terhadap peran AI dalam dunia pendidikan abad ke-21.

“Pendidikan sejati bertujuan membentuk kualitas diri yang unggul melalui pemahaman dan pengetahuan. Meskipun AI dapat menyimpan dan menyajikan informasi, harapan serta nilai-nilai luhur tetap menjadi ranah manusia,” Siti Murtiningsih.

Siti menyebutkan pentingnya menempatkan teknologi sebagai alat bantu yang mendukung proses belajar, bukan menggantikan peran pendidik dalam membentuk karakter dan pemahaman siswa.

Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, Menkomdigi Meutya Hafid dan Prof. Dr. Siti Murtiningsih sepakat bahwa kolaborasi antara manusia dan mesin harus diarahkan untuk meningkatkan kreativitas dan kecerdasan manusia, bukan hanya sekadar penyedia informasi, namun juga harus tetap berorientasi pada nilai, pemahaman yang mendalam, serta pengembangan karakter.

Penulis :
Wira Kusuma