
Pantau.com - Kabar mengejutkan datang dari negeri 1000 pagoda. Pada tanggal 1 Februari kemarin, Myanmar resmi menyatakan dalam keadaan darurat militer.
Hal itu adalah buntut dari penangkapan sekelompok politikus senior dan berkuasa dari NLD termasuk mantan peraih Nobel perdamaian Aung San Suu Kyi dan Presiden Myanmar Wint Mynt oleh angkatan bersenjata negeri tersebut.
Peristiwa ini berlangsung di tengah ketegangan yang meningkat antara militer dan pemerintah sipil dalam beberapa hari terakhir. Isu kudeta yang dikabarkan akan dilakukan militer mencuat setelah mereka menuding ada kecurangan dalam pemilihan umum.
Dengan status darurat diumumkan, Tatmadaw menyatakan kekuasaan pemerintah Myanmar telah diserahkan kepada Panglima Militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing. Status darurat juga diberlakukan selama satu tahun.
Berikut beberapa fakta darurat militer di Myanmar:
Baca juga: Selain Myanmar, 5 Negara Ini Pernah Menerapkan Darurat Militer Salah Satunya Indonesia
1. Hasil pemilu jadi pemicu kudeta
Kudeta dan kebijakan darurat militer selama 1 tahun di Myanmar saat ini merupaka buntut dari hasil pemilu Novemer tahun lalu, di mana partai yang menaungi Aung San Suu Kyi menang telak.
Pemilu yang berlangsung pada tanggal 8 November lalu itu merupakan pemilu yang berlasung secara demokratis kedua kalinya semenjak kemerdekaan Myanmar. Menurut militer, ada kecurangan dalam hasil pemilihan umum tersebut.
Untuk diketahui, hasil pemilu yang memenangkan partai NLD, ditentang oleh partai oposisi yang didukung oleh militer. Partai Solidaritas dan Pembangunan Serikat (USDP) yang merupakan partai oposisi menentang hasil pemilu karena menganggap adanya kecurangan. USDP pun meminta untuk melakukan pemilu ulang.
2. Melawan darurat militer
Sebelum ditangkap, Aung San Suu Kyi menyerukan seruan untuk melawan darurat militer dan memastikan hasil pemilu adalah kemanangan untuk NLD.
Aung San Suu Kyi ditangkap pada Senin (01/02/2021) dini hari waktu setempat. Sebelum dibawa oleh pasukan bersenjata, Aung San Suu Kyi menyerukan untuk sama-sama melawan kudeta militer tersebut.
Seperti yang diketahui, Aung San Suu Kyi berusaha untuk melawan perubahan konstitusi Myanmar yang mengizinkan militer memiliki kekuasaan mengatur Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Perbatasan, Kementrian Pertahanan Utama dan blok kursi Parlemen.
3. Militer memimpin sementara
Dalam darurat militer yang terjadi di Myanmar, militer menyatakan kekuasaan presiden untuk sementara akan jatuh kepada Panglima tertinggi Min Aung Hlaing.
Dikutip dari Time, Min Aung Hlaing merupakan sosok dibalik penyerangan terhadap etnis Rohingya. Min Aung Hlaing juga pengambil keputusan akan penyerangan kepada etnis Rohingya yang berdampak pada 730.000 etnis Rohingya mengungsi ke negara tetangga.
Baca juga: Video: Asik Menari, Wanita Ini Tak Tahu Bila Ada Peristiwa Kudeta
4. Bukan yang pertama
Kudeta militer Myanmar ini bukanlah yang pertama terjadi di negeri 1000 pagoda. Setelah merdeka dari jajahan Ingris pada tahun 1948, Myanmar telah mengalami dua kali kudeta.
Pada tahun 1962, Jendral Ne Win menggulingkan pemerintahan yang saat itu dipimpin oleh pihak sipil. Kudeta saat itu terjadi karena menurut Jendral Ne Win bahwa pemerintahan saat itu tidak cukp kompeten untuk menjalankan sistem pemerintahan. Jendral Ne Win memerintah Myanmar selama 26 tahun hingga 1988.
5. Situasi terkini pasca penerapan darurat militer
Setelah diterapkannya kebijakan darurat militer, pemerintahan Myanmar sementara waktu ini dipimpin oleh militer. Keadaan yang tak menentu di Myanmar sudah terlihat dengan akses telepon dan internet beberapa tempat terputus.
Hal ini menyebabkan beberapa bank harus menutup layanan mereka akibat pemutusan akses internet di Myanmar. Pemutusan kedua akses vital ini seperti membuat Myanmar mengunci pintu negaranya.
- Penulis :
- Syahrul