
Pantau.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa semua lempeng tektonik terus bergerak, tetapi berjalan dalam tempo yang sangat lambat.
"Jadi pergerakannya itu sangat kecil dan lambat sekali. Tetapi (lempeng tektonik) itu terus bergerak," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono di Jakarta, Selasa (26/5).
Ia menyampaikan hal itu untuk menanggapi perkiraan ilmuwan, seperti dikutip dari Livescience bahwa lempeng tektonik di Samudera Hindia akan terpecah menjadi dua.
Baca juga: BMKG Beberkan Fenomena Suara Dentuman di Bandung
Rahmat mengatakan, semua lempeng tektonik pada dasarnya terus mengalami pergerakan. Namun, pergerakan itu terjadi dalam waktu yang sangat lambat dan sangat kecil berdasarkan ukuran.
Pergerakan itu terjadi karena lempeng tektonik tersebut, katanya, berdiri di atas sebuah cairan magma yang menyebabkannya terus bergerak. "Semua lempeng tektonik itu berdiri di atas sebuah cairan likuid. Kemudian bergerak, tapi bergeraknya itu sangat pelan," katanya.
Hamparan benua yang terbentuk saat ini, kata dia, merupakan hasil dari pergerakan yang terjadi sejak jutaan tahun yang lalu. Pergerakan itu sering kali menyebabkan gempa bumi sehingga beberapa lempeng saling bergerak dan saling bertemu. Namun, ia mengatakan pergerakan tiap-tiap lempeng tersebut berbeda-beda.
Baca juga: BMKG: Waspada Siklon Tropis 'MANGGA'
"Kalau di selatan Indonesia, Hindia-Australia itu sekitar 7-10 sentimeter per tahun. Ada yang bilang sekitar 6 sentimeter. Tetapi itu relatif," katanya.
Jika yang dimaksud perpecahan dalam prediksi para ilmuwan itu berada di batas pertemuan lempeng besar yang terakumulasi dalam waktu puluhan tahun sehingga melepaskan energi dan menyebabkan gempa besar, hal itu, katanya, bisa saja terjadi.
Namun, jika perpecahan itu terjadi secara tiba-tiba dan dalam jarak yang cukup besar, hal tersebut, menurutnya, tidak mungkin terjadi. "Kalau tiba-tiba pecah dengan jarak yang besar, enggak mungkin. Bisa kiamat nanti negeri ini. Tidak hanya negeri ini, tetapi juga bumi ini," demikian Rahmat Triyono.
- Penulis :
- Noor Pratiwi










