Pantau - Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dedi Kurnia Syah menilai, ada faktor sosok Anies Baswedan yang membuat PDIP enggan bermitra dengan Koalisi Perubahan.
Menurut Dedi, PDIP memiliki dendam politik karena Anies mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama yang merupakan jagoan mereka di Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu.
"Ini cukup terasa sejak Pilkada DKI Jakarta yang pada dasarnya Anies tidak kalahkan Basuki Tjahaja Purnama, melainkan mengalahkan PDIP dan Jokowi, jadi ini ada semacam dendam politik," kata Dedi, Sabtu (18/2/2023).
Ia menambahkan, ada dua faktor lain yang membuat PDIP ogah berkoalisi dengan Koalisi Perubahan. Yakni, faktor garis politik antara PDIP dan PKS yang cenderung berbeda.
"Hal ini karena gerakan politik PDIP berseberangan dengan PKS, juga pemilih keduanya yang jauh berbeda, sehingga jika dipaksa dalam skala nasional pemilih bisa saja hengkang," ujar dia.
Selain itu, Dedi juga menilai, ada faktor hubungan personal antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuat kedua partai sulit berkoalisi.
"Ini hal wajar, baik itu disandarkan pada catatan sejarah maupun alasan ideologis keduanya, meskipun partai di Indonesia hari ini tidak ada yang benar-benar menjalankan ideologinya," kata Dedi.
Menurut Dedi, PDIP memiliki dendam politik karena Anies mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama yang merupakan jagoan mereka di Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu.
"Ini cukup terasa sejak Pilkada DKI Jakarta yang pada dasarnya Anies tidak kalahkan Basuki Tjahaja Purnama, melainkan mengalahkan PDIP dan Jokowi, jadi ini ada semacam dendam politik," kata Dedi, Sabtu (18/2/2023).
Ia menambahkan, ada dua faktor lain yang membuat PDIP ogah berkoalisi dengan Koalisi Perubahan. Yakni, faktor garis politik antara PDIP dan PKS yang cenderung berbeda.
"Hal ini karena gerakan politik PDIP berseberangan dengan PKS, juga pemilih keduanya yang jauh berbeda, sehingga jika dipaksa dalam skala nasional pemilih bisa saja hengkang," ujar dia.
Selain itu, Dedi juga menilai, ada faktor hubungan personal antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuat kedua partai sulit berkoalisi.
"Ini hal wajar, baik itu disandarkan pada catatan sejarah maupun alasan ideologis keduanya, meskipun partai di Indonesia hari ini tidak ada yang benar-benar menjalankan ideologinya," kata Dedi.
- Penulis :
- Aditya Andreas
