
Pantau.com - Industri manufaktur di Indonesia dinilai masih belum menunjukkan produktivitasnya. Terbukti, dari produk ekspor Indonesia yang masih terkonsentrasi pada produk hasil komoditi dan barang pertambangan, seperti batubara, CPO, dan karet. Sementara kontribusi dari ekspor barang permesinan masih sedikit.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menilai, kurangnya produktivitas di sektor manufaktur yang menjadi menyebabkan perkembangan Indonesia diprediksi akan sulit untuk melebihi angka 5,5 persen.
"Karena belum ada terobosan dan breakthrough dari sektor manufaktur, atau dengan kata lain sektor manufaktur belum menunjukkan perannya, untuk bisa membawa pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi," ujarnya saat pemaparan di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Selasa (17/4/2018).
Baca juga: Menteri PPN Bongkar 3 Persoalan Pemerintah Hadapi Revolusi Industri 4.0
Bambang mengatakan, hal tersebut itu menjadi relevan agar ada breakthrough di sektor industri ini.
"Dengan studi, fakta yang terjadi saat ini, dan tentunya di akhir studi ini kita akan keluar dengan step atau langkah. Akhirnya agar potensial ekonomi growth ini bisa meningkat 5,5 persen, masih bisa diangkat ke atas tapi syaratnya harus ada perbaikan menyeluruh di sektor manufaktur," ungkapnya.
Ia menilai industri manufaktur tidak bisa anggap remeh. Meski saat ini Indonesia masih dilimpahi sumber daya alam. Namun jika terus bergantung kepada sumber daya alam atau mengikuti pola lama maka pertumbuhan 5,5 persen akan stagnan.. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi 5,5 persen masih kurang bagus untuk negara sebesar Indonesia. Karena itu perkembangan industri manufaktur memang harus didorong.
"Padahal 5,5 persen, itu tidak cukup perbaikan ekonomi Indonesia tidak cukup untuk mengurangi kemiskinan, tidak cukup untuk memperbaiki kesenjangan, tidak cukup untuk menciptakan tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. Jadi udah jelas kita butuh pertumbuhan di atas 5,5 dan yang harus kita dorong artinya butuh untuk sektor manufaktur," imbuhnya.
Baca juga: Duh! Utang Luar Negeri Indonesia Naik Jadi Rp4.773 Triliun, Ini Rinciannya..
Mantan Menteri Keuangan itu menegaskan hal ini bukanlah sesuatu yang hanya teoritis namun merupakan kenyataan. Ia bahkan membandingkan Indonesia dengan negara lain di G20 yang mayoritasnya maju karena negara industri
"Saya lihat negara ini majunya kenapa, dari 20 (anggota G20) negara mayoritas negara maju karena maju dengan industri, kecuali Saudi Arabia mungkin yang bergantung kepada minyak, selebihnya bergantung pada sektor manufaktur," pungkasnya.
Selain itu, hal ini juga berdampak pada produksi ekspor Indonesia yang di dinilai tertinggal dari negara dari negara lain seperti Thailand dan Malaysia Thailand dan Malaysia memiliki karakteristik produk ekspor yang lebih heterogen.
"Kapasitas manufaktur lokal perlu dikembangkan untuk menghasilkan produk ekspor dengan kompleksitas dan nilai tambah yang tinggi. Studi Bappenas-MCA yang berfokus pada sektor otomotif, elektronika, dan pengolahan makanan memberikan gambaran atas strategi yang dapat ditempuh lndonesia dalam jangka menengah," jelasnya.
- Penulis :
- Widji Ananta










