Pantau.com - Paslon capres-cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno disarankan untuk berpikir ulang menjadikan Habib Rizieq Shihab sebagai simbol ulama untuk menggaet suara pemilih muslim. Sebab, seruan Imam besar FPI itu dinilai tidak mampu menjadi landasan dan referensi pemilih umat Islam.
"Faktor kuatnya simbol Habib Rizieq Shihab namun justru menjadi poin yang negatif bagi Prabowo-Sandi. Karena seruannya tidak kuat untuk menjadi referensi pemilih umat islam secara mayoritas," kata peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby di Jakarta Timur, Rabu, 19 Desember 2018.
Baca juga: Survei: Jokowi Tak Bisa Diserang dengan Isu Agama di Pilpres 2019
Adjie mengatakan, seruan Rizieq Shihab yang tidak menjadi referensi pemilih tetap itu terlihat pada ucapan mewujudkan NKRI bersyariah dan ganti presiden saat pidato dalam reuni 212. Berdasarkan survei LSI Denny JA, 83,2 persen responden yang menyukai reuni 212 menyatakan lebih pro dengan konsep NKRI berdasarkan Pancasila dan hanya 12,8 persen setuju dengan NKRI bersyariah.
Seruan Rizieq mengenai ganti presiden juga tidak seluruhnya diamini responden. Hasil survei justru disebutkan sebanyak 43,6 persen mendukung paslon Jokowi-Ma'ruf dan 40,7 persen menyatakan mendukung Prabowo-Sandi.
"Jadi saya lihat memang faktor ulama lainnya juga harus menjadi perhatian dari Prabowo-Sandi kalau ingin menggaet suara yang lain. Kalau hanya mengandalkan Habib Rizieq sebagai simbol utama, saya kira justru akan menjadi penghalang bagi pemilih muslim untuk merapat ke Prabowo-Sandi," ucapnya.
Baca juga: Survei LSI Denny JA: Reuni 212 Tak Pengaruhi Elektabilitas Capres-Cawapres
"Pamor Rizieq Shihab jika dibandingkan dengan tokoh muslim lainnya seperti ustad Somad, Yusuf Mansur, Aa Gym, lebih kuat pengaruhnya tokoh-tokoh itu dibandingkan Rizieq Shihab," tambahnya.
- Penulis :
- Sigit Rilo Pambudi
