
Pantau.com - Piala Indonesia 2018 atau babak 32 besar mulai digelar pada tanggal 22 Januari sampai 6 Februari 2019. Turnamen ini dinilai tak ubahnya turnamen antar-kampung (tarkam) berskala nasional. Hal ini disampaikan oleh Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali karena dalam penyelenggaraaan dinilai cacat hukum.
Alasannya, dalam arti gelaran turnamen yang sempat vakum sekitar enam tahun ini tak dijalankan dengan persiapan yang matang. Alih-alih menjadi turnamen yang representatif, Akmal menilai, Piala Indonesia 2018 malah tampak seperti sekadar jalan saja.
"Sayangnya, PSSI tidak matang dalam mempersiapkan. Terkesan sekadar jalan. Akhirnya, turnamen yang mempertemukan seluruh kasta kompetisi sepak bola nasional ini tak ubahnya tarkam nasional,” ujar Akmal seperti yang dikutip dari akun resmi Instagramnya, Rabu (23/1/2019).
Baca Juga: Ada Regulasi Baru, Ini Hasil Undian 32 Besar Piala Indonesia 2018
Bukan hanya itu, Akmal memberi satu contoh pasal dalam regulasi Piala Indonesia 2018 yang berpotensi bakal dilanggar banyak kontestan di babak 32 besar Piala Indonesia. Pasal 35 tentang status pemain, misalnya, pada ayat 2 disebutkan bahwa pemain hanya dapat membela satu klub sepanjang gelaran Piala Indonesia 2018, dan bila melanggar, pada ayat 4 dijelaskan hukuman yang dapat menjerat tiap-tiap entitas terkait.
"Di ayat 4 disebutkan apabila ada pemain yang melanggar pasal 35 ayat 2 akan dilaporkan ke Komisi Disiplin PSSI dan dapat dikenakan sanksi larangan bermain sekurang-kurangnya satu musim Piala Indonesia berikutnya. Klub di mana pemain bermain dinyatakan kalah 0-3 dan klub akan dijatuhkan sanksi Komdis," tambahnya.
Hal ini dinilai menjadi amat dilematis bagi seluruh tim kontestan yang lolos ke 32 besar, bahkan sebagian besar, mereka adalah kontestan Liga 1 2018. Setelah Liga 1 2018 bubar Desember tahun lalu, banyak dari mereka langsung membongkar-pasang skuadnya.
Baca Juga: Piala Indonesia 2018: Persebaya Tanpa Striker Murni
Ia juga memberikan contoh, jika ada pemain baru pindah dari satu tim ke tim yang lainnya, tentu tidak dapat dimainkan jika itu merujuk pada regulasi. Namun jika tim barunya memaksa memainkan pemain barunya, konsekuensinya tentu pemain itu tidak dapat bermain pada gelaran Piala Indonesia selanjutnya, dan tentu tim itu secara otomatis akan langsung kalah alias walk out.
Tetapi hal itu juga dinilai akan sangat sulit bagi klub-klub yang memiliki pemain baru. Karena seperti diketahui bahwa beberapa klub sudah membongkar sebagian pemainnya yang membela musim lalu.
Akmal meminta PSSI, selaku regulator Piala Indonesia agar dapat bertindak sesuai porsinya. Iwan Budianto, selaku ketua pelaksana, juga dituntut agar dapat mencari solusi terbaik bagi kebaikan semua pihak.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta