
Pantau.com - Setelah resminya Kereta MRT dioperasikan, Indonesia khususnya Jakarta telah memasuki babak baru dalam transpotasi massal. Kehadiran Kereta MRT ini juga terbukti mendapatkan antusias yang sangat tinggi oleh masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
Terbukti dari pelaksanaan uji coba hingga operasi resmi yang selalu dipenuhi oleh masyarakat baik yang mencoba ataupun memang membutuhkan transpotasi tersebut. Namun ada pula yang mengekspresikan dengan cara-cara yang salah.
Baca juga: Tarif Ojek Online Resmi Naik 1 Mei 2019, Paling Mahal Rp2.600 per KM
Menurut Staf Ahli Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan bukan hanya reformasi transpotasi massal yang dibutuhkan untuk menjadi negara maju, namun juga reformasi secara struktural.
"Reformasi struktural penting agar bisa tumbuh lebih tinggi, tidak hanya jangka pendek tapi berkelanjutan," ujarnya saat paparan dalam acara 100 Ekonom Perempuan yang dilakukan di Century Park, Jakarta, Selasa (26/3/2019).
Pasalnya kata dia, jika tidak dibarengi reformasi struktural maka masyarakat akan kaget dengan infrastruktur yang sudah cenderung jauh lebih maju.
Baca juga: Hmm... MRT Rp8.500 vs Transjakarta Rp3.500, Kalian Pilih Mana?
"Contoh yang kemarin lagi viral, kita punya MRT canggih tapi kalau culture belom seiring, MRT jadi area piknik, gantung-gantungan, harus berubah dari low skill menjadi high skill, dari easy going culture menjadi hard working culture. Jadinya era digital bukan tantangan atau disrupsi tapi peluang," ungkapnya.
Reformasi struktural dianggap penting karena menjadi kunci agar negara bisa maju lebih cepat. Pasalnya, dengan reformasi struktural seluruh komponen pendukung akan siap menghadapi kemajuan yang ada.
"Belajar dari negara lain, kita tahu Korea Selatan bisa industrialisasi dan reformasi struktural. Kurang 20 tahun dia bisa pindah dari low income jadi high income. Sementara Chili, negara dengan pertumbuhan tinggi tapi dia butuh waktu lebih 50 tahun dari low income menjadi high income economy, artinya reformasi struktural itu penting," pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni