
Pantau - Sutradara Avatar Fire and Ash, James Cameron, menanggapi rencana Netflix mengakuisisi Warner Bros yang dilaporkan telah berusia 102 tahun dengan menegaskan sikapnya untuk tetap membela keberlangsungan bisnis bioskop.
Cameron menyampaikan pandangannya tersebut dalam wawancara yang dilansir dari Deadline dan menilai Netflix perlu melakukan penyesuaian dengan para pembuat film yang masih berpihak pada penayangan bioskop.
Ia secara khusus menyinggung nama Guillermo del Toro dan pembuat film lain yang konsisten menjaga film mereka tetap tayang di layar lebar.
“Mereka harus membuat akomodasi dengan beberapa pembuat film seperti Guillermo del Toro dan sebagainya yang menjaga untuk tetap berpihak kepada bioskop. Aku pikir bukan rahasia lagi bahwa mereka ingin menggantikan bioskop,” ungkapnya.
James Cameron menegaskan dirinya akan menentang setiap rencana yang berpotensi melindas bisnis bioskop sebagai ruang utama menikmati film.
“Oke, aku maksud, mungkin itu terjadi, aku tidak tahu, mungkin aku seperti hidup di zaman dinosaurus,” ujarnya.
Bioskop Dinilai Memiliki Nilai Sakral
James Cameron menilai pengalaman menonton film di bioskop memiliki nilai yang tidak tergantikan oleh kemudahan akses layanan streaming.
“Kebetulan aku berpikir bahwa ada sesuatu yang sakral tentang pengalaman menonton film dan hanya kemudahan yang digantikan oleh akses luas streaming, itu bukanlah jawaban lengkap,” katanya.
Cameron menambahkan bahwa alam semesta perfilman mungkin akan menyesuaikan diri dengan dua prinsip tersebut, yakni bioskop dan streaming.
“Tetapi pengalaman bioskop tidak bisa begitu saja dilenyapkan. Aku akan tetap menentang itu,” tegasnya.
Sikap Netflix dan Perdebatan Jendela Tayang
Pada Senin sebelumnya, Co-CEO Netflix Ted Sarandos menarik kembali pernyataannya yang dibuat beberapa bulan terakhir dengan menyatakan dukungan terhadap penayangan film di bioskop.
Dukungan tersebut terutama berlaku bagi film-film Warner Bros yang sejak awal disetujui untuk diproduksi khusus bagi penayangan bioskop.
Sarandos juga menyampaikan akan menghormati kalender tayang film-film tersebut sebelum masuk ke platform streaming.
Namun, sumber menyebut Sarandos memperjuangkan periode eksklusif bioskop hanya selama 17 hari.
Periode tersebut dinilai jauh lebih singkat dibandingkan 45 hari yang diharapkan banyak pihak, termasuk James Cameron.
Kalender tayang 17 hari sebelum film berpindah ke Netflix disebut sebagai pukulan keras bagi industri bioskop.
James Cameron berpendapat bahwa kemudahan akses streaming tidak dapat sepenuhnya menggantikan pengalaman menonton di bioskop.
Ia menilai ada aspek penting yang hilang ketika film disaksikan melalui layanan streaming, meskipun film yang baik tetaplah baik di layar mana pun.
Cameron mencontohkan Avatar: The Way of Water tahun 2022 yang menjadi film terlaris ketiga di dunia setelah meraih pendapatan 2,3 miliar dolar Amerika Serikat dari penayangan bioskop.
Film tersebut juga menghasilkan laba sebesar 531 juta dolar Amerika Serikat.
James Cameron menyebut film itu dibuat khusus untuk format bioskop 3D dan Image Maximum.
Film berikutnya, Avatar Fire and Ash berdurasi 3 jam 15 menit, juga dirancang untuk ditonton di bioskop dalam format 3D dan Image Maximum tanpa komposit.
“Pas kamu sudah pegang remote dan tampilan gambarnya diutak atik, dampak emosinya bisa hilang setengah,” ujarnya.
Ia menegaskan kembali sikapnya dengan mengatakan, “Boom Mic drop. Belum pernah aku bicara sejelas ini.”
- Penulis :
- Aditya Yohan







