
Pantau.com - Menteri Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan dalam jangka pendek Indonesia masih akan mengalami tekanan defisit transaksi berjalan yang berpengaruh pada penekanan nilai tukar mata uang rupiah.
"Jangka sangat pendek impor berisiko naik lebih cepat dari ekspor dan itu akan menekan transaski berjalan kita dan akan menekan di bidang kurs," ujarnya saat pemaparan dalam Rapat Koordinasi Nasional Kementerian Pariwisata, Hotel Rafles, Kuningan, Jakarta, Kamis (27/9/2018).
Baca juga: Blak-blakan Soal Data Pajak Impor, Rizal Ramli: Itu Komoditi Ecek-ecek Semua
Lebih lanjut menurutnya, kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mendorong ekspor baru akan dirasakan dalam jangka menengah dan panjang. Dan penekanan impor terbatas melalui penyesuaian tarif impor.
"Kebijakan pemerintah yang relatif cepat jawab ekspor impor ini seperti menggunakan mewajibkan B20 PSO non PSO kemudian untuk PPh 22 dan sejumlah produk impor," katanya.
"Tapi yang namanya ekspor hampir semua kebijakan kita bersifat jangka menengah panjang," imbuhnya.
Baca juga: Mengetahui Austerity, 'Obat' untuk Selamatkan Perekonomian Indonesia
Beberapa kebijakan yang berdampak menengah panjang diantaranya Online Single Submission (OSS) dan beberapa kebijakan insentif pajak.
"Apakah itu kemudahan perizinan melalui OSS apakah itu insentif perpajakan daa insentif-insentif lainnya yang sudah dirumuskan pemerintah tax holiday, mini tax holiday dan sebagainya pasti dampaknya itu jangka menengah panjang," ungkapnya.
- Penulis :
- Nani Suherni