
Pantau – Salah satu media asing berbasis di Inggris, Telegraph memastikan upaya Indonesia untuk meraih supremasi alias kekuasaan tertinggi pada komoditas nikel untuk kendaraan kistrik akan gagal. Apa alasannya?
“Ketika Indonesia meluncurkan upayanya untuk menguasai pasar nikel dunia dan menguasai kendaraan listrik, ada satu hal penting yang diabaikan oleh Indonesia,” tulis Telegraph 19 Januari 2024 dikutip dari telegraph.co.uk, Senin (22/1/2024).
Artikel yang ditulis Ambrose Evans-Pritchard itu berjudul ‘Indonesia’s bid for EV nickel supremacy is doomed to failure’.
Tulisan itu dilengkapi dengan foto rusaknya hutan gara-gara pertambangan bertuliskan caption sebagai berikut, “Sekitar 142.964 hektar hutan tropis Indonesia telah dialokasikan untuk 66 konsesi pertambangan.”
Menurut Telegraph, teknologi baterai berkembang begitu cepat sehingga dunia mungkin tidak memerlukan nikel sama sekali.
“Indonesia menebang hutan hujannya dan mencemari Segitiga Terumbu Karang sehingga (sumpremasi nikel Indonesia) tampak seperti khayalan komersial belaka,” lanjut Telegraph.
Lebih jauh dijelaskan terkait mengapa dunia tidak memerlukan nikel Indonesia sama sekali. Gara-garanya adalah baterai Lithium-Ferro Phospate alias LFP dan biasa juga disebut lithium iron phosphate yang murah dan aman dinilai sudah sangat bagus.
Hal tersebut telah menguasai 70 persen pasar massal kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di China. “Mereka tidak menggunakan nikel atau kobalt (suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Co dan nomor atom 27),” lanjut Telegraph.
Sebagai informasi, baterai mobil Listrik LFP banyak digunakan pabrikan China, termasuk Wuling dan BYD yang telah menerima insentif dari pemerintah. Baterai LFP yang berbahan baku besi dan litium itu tak lagi menggunakan nikel sebagai komponen utama.
- Penulis :
- Ahmad Munjin
- Editor :
- Ahmad Munjin