billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Mata Uang Arab Saudi Lemah, Gara-gara Kasus Khashoggi

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Mata Uang Arab Saudi Lemah, Gara-gara Kasus Khashoggi

Pantau.com - Mata uang Arab Saudi, riyal, jatuh ke level terendah dalam dua tahun dan harga obligasi internasionalnya merosot pada Senin (15/10/2018), karena kekhawatiran bahwa arus masuk investasi asing dapat menyusut ketika Riyadh menghadapi tekanan atas hilangnya jurnalis Jamal Khashoggi.

Perdagangan di pasar mata uang berjangka, yang digunakan oleh bank untuk melakukan investasi lindung nilai, menunjukkan beberapa lembaga melindungi diri mereka terhadap risiko arus keluar modal atau sanksi-sanksi AS terhadap Riyadh setelah hilangnya Khashoggi, seorang kritikus terkemuka terhadap pemerintah Saudi, di Istanbul.

Baca juga: Mata Uang Timor Leste Ternyata Begini

Khashoggi dan Turunnya Mata Uang Arab Saudi

Tetapi pergerakan pasar lebih kecil daripada beberapa ketidakstabilan dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan investor tidak begitu panik oleh kasus Khashoggi seperti mereka oleh penurunan harga minyak yang dimulai pada 2014 yang berdampak pada penurunan mata uang arab saudi.

Presiden AS Donald Trump mengancam "hukuman berat" untuk Riyadh jika ternyata Khashoggi tewas di konsulat Saudi di Instanbul, seperti yang dituduhkan pejabat Turki. Arab Saudi membantah ini dan pada Minggu (14/10/2018) memperingatkan akan menandingi sanksi apa pun dengan sanksi yang lebih besar.

Harga minyak hanya bergerak sedikit pada Senin (15/10/2018) karena para analis mengatakan mereka meragukan Arab Saudi, pengekspor minyak mentah terbesar dunia, akan berisiko isolasi internasional dan merusak keuangannya sendiri dengan mengurangi ekspor pada saat kerajaan itu mendorong reformasi yang dirancang untuk menciptakan lapangan kerja dan diversifikasi ekonomi.

Baca juga: Mimpi Dapat Uang

Tapi Krisjanis Krustins, direktur tim Timur Tengah dan Afrika di lembaga pemeringkat kredit Fitch, mengatakan peristiwa itu bisa merugikan beberapa bagian dari program reformasi.

"Jika ada perubahan kekal dalam keinginan investor untuk terlibat dengan Arab Saudi, itu bisa menyebabkan beberapa implementasi inisiatif Visi 2030 lebih lambat dan kurang lengkap, dan dibutuhkan penggunaan utang dan sumber daya internal yang lebih besar bagi Arab Saudi untuk pembiayaannya," kata dia.

Riyal dikutip pada 3,7524 terhadap dolar AS di pasar spot pada Senin (15/10/2018) pagi, tingkat terlemahnya sejak September 2016, data Refinitiv menunjukkan.

Bank sentral mempertahankan mata uang arab saudi dengan patokan 3,75 riyal terhadap dolar AS, dan biasanya mata uang berfluktuasi dalam kisaran sekitar 3,7498-3,7503. Pada November 2015, ketika harga minyak jatuh, riyal turun ke serendah 3,7598.

Di pasar forward, dolar AS naik pada Senin (15/10/2018) setinggi 100 poin terhadap riyal, tertinggi sembilan bulan, dari 54 poin pada Jumat (12/10/2018). Pada 2016, secara singkat naik di atas 1.000 poin.

Baca juga: Mata Uang 4 Negara Ini Lebih Rendah dari Rupiah

Imbal hasil pada obligasi dolar AS Arab Saudi naik, sebagian besar di ujung panjang kurva; obligasinya jatuh tempo pada 2046 adalah 15 basis poin lebih lebar.

Krustins dan analis lainnya mencatat bahwa arus investasi asing ke Arab Saudi sudah sangat rendah karena sektor swasta yang lemah dan ketidakpastian peraturan; ini dapat membatasi dampak dari pengurangan aliran.

Semakin banyak organisasi media dan eksekutif, termasuk kepala eksekutif JP Morgan Chase & Co Jamie Dimon, telah menarik diri dari konferensi investasi utama Riyadh yang dijadwalkan minggu depan, dijuluki "Davos di Gurun".

Penulis :
Nani Suherni