
Pantau - Indonesia dihadapkan pada tantangan besar untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen, seperti yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Menurut Pranjul Bhandari, Chief India and Indonesia Economist HSBC Global Research, pencapaian ini hanya mungkin terjadi jika Indonesia melakukan reformasi struktural secara menyeluruh.
Peran Reformasi Struktural
Pranjul menekankan bahwa kebijakan fiskal dan moneter saja tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke level tersebut.“Stimulus tidak cukup. Reformasi struktural sangat diperlukan, terutama dalam meningkatkan rantai nilai manufaktur dan diversifikasi ekspor,” ujarnya dalam media briefing di Jakarta, Kamis (9/1).
Ia mengapresiasi langkah hilirisasi yang telah dilakukan Indonesia, seperti pengolahan logam untuk meningkatkan nilai tambah. Namun, ia menekankan perlunya langkah lebih jauh dengan fokus pada industri global seperti baterai kendaraan listrik (EV) dan kendaraan listrik itu sendiri.
Baca Juga:
BNI Catat Berbagai Pencapaian Strategis yang Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Sepanjang 2024
Diversifikasi Ekspor dan Infrastruktur
Pranjul menyebut diversifikasi ekspor sebagai langkah penting berikutnya. Selain ekspor bahan mentah yang bernilai tambah, ia mengusulkan agar Indonesia memperluas pasar produk konsumsi, khususnya ke Amerika Serikat, yang dianggap memiliki peluang besar.
Namun, untuk memanfaatkan peluang ini, Indonesia perlu memastikan kesiapan infrastruktur dan meningkatkan jumlah tenaga kerja terampil.“Infrastruktur yang lebih baik dan tenaga kerja terampil adalah fondasi untuk bersaing di pasar global,” tambahnya.
Free Trade Agreement dan BRICS
Selain itu, percepatan perjanjian perdagangan bebas (FTA) dan bilateral dengan negara maju menjadi fokus utama. Pranjul percaya bahwa langkah ini akan membantu meningkatkan daya saing ekspor Indonesia dalam jangka menengah.
Ia juga menyoroti pentingnya keanggotaan Indonesia dalam BRICS sebagai peluang ekonomi jangka panjang.“Meski potensi kerja sama BRICS belum sepenuhnya dimanfaatkan, jika dikelola dengan baik, keanggotaan ini bisa menjadi katalisator ekspor dan pertumbuhan PDB Indonesia,” ujarnya.
Proyeksi Ekonomi 2025
Meski memiliki tantangan besar, HSBC memperkirakan ekonomi Indonesia tetap tumbuh positif. Pertumbuhan PDB Indonesia diproyeksikan mencapai 5,1 persen pada 2025, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi ASEAN-6 sebesar 4,8 persen dan Asia (di luar Jepang) sebesar 4,4 persen.
Namun, jika reformasi struktural berhasil dilaksanakan, Indonesia berpotensi melampaui angka tersebut, mendekati target pertumbuhan 8 persen yang ambisius.
- Penulis :
- Ahmad Ryansyah