Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Bunga Surat Utang RI Tertinggi di Kawasan, Ekonom Ungkap Risiko Ini

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Bunga Surat Utang RI Tertinggi di Kawasan, Ekonom Ungkap Risiko Ini
Foto: Ilustrasi utang pemerintah. (iStockphoto.com)

PantauBunga surat utang Indonesia tercatat yang tertinggi di kawasan. Kondisi ini menimbulkan risiko tersumbatnya ekspansi kredit ke sektor riil. Mengapa?

Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengungkapkan, bunga pasar riil surat utang negara (SUN) tenor 1 tahun Indonesia saat ini sekitar 5,42 persen atau dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan Filipina.

Bunga surat utang RI lebih tinggi dari negara-negara lain. Padahal, negara lain itu mempunyai rating S&P yang dekat atau sama dengan kita.

Wijayanto mengungkapkan hal itu dalam "Evaluasi Kritis 100 Hari Pemerintahan Prabowo bidang Ekonomi" di Jakarta, dikutip Kamis (23/1/2025).

Baca juga: Penuhi Pembiayaan 2025, Kemenkeu Tarik Utang Lebih Awal Rp85,9 Triliun

Bunga Surat Utang Filipina 2,7 Persen

Jika dibandingkan dengan Filipina yang memiliki rating BBB+ dengan bunga pasar riil SUN tenor 1 tahun sebesar 2,7 persen, bunga surat utang Indonesia yang memiliki rating kredit BBB jelas menempati posisi tertinggi pertama. 

Begitu juga jika dibandingkan dengan India yang memiliki rating BBB- memiliki bunga pasar riil SUN tenor 1 tahun sebesar 1,38 persen.

"Rata-rata bunga pasar riil SUN tenor 1 tahun untuk tujuh negara di kawasan, yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia, India, Singapura, Thailand, Korea Selatan, dan Vietnam sebesar 1,74 persen," ungkap Wijayanto.

Risiko Muncul Saat Kepercayaan Investor Pudar

Menurut Wijayanto, Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) menjadi salah satu portofolio yang banyak dimiliki investor asing. Dengan kondisi ini ada kekhawatiran risiko yang muncul yaitu jika terjadi pembalikan kepercayaan dari investor.

Baca juga: Mandat Surat Utang BUMN Rp13,14 Triliun Diterima Pefindo

“Kalau ada reversal, tiba-tiba tingkat kepercayaan kita turun karena ada kesempatan di luar negeri yang lebih bagus,” ucap dia.

Kondisi ini diharapkan dapat menjadi perhatian dari pemerintah. Terutama dalam upaya untuk memastikan investor memiliki kepercayaan terhadap Indonesia.

“Karena kalau kepercayaan sudah hilang, sulit untuk menahan mereka. Walaupun dengan bunga yang tinggi,” imbuhnya.

Perbankan Ogah Kucurkan Kredit ke Sektor Riil

Komposisi perbankan yang membeli SBN dan SRBI yang cukup besar, sebelumnya Wijayanto menilai dapat mendorong potensi crowding out.

Baca juga: Pemerintah Tetapkan Hasil Penerbitan SUN kepada BI Rp100,53 Triliun

“(Mereka mempertimbangkan) daripada mereka (bank) memberikan kredit kepada sektor riil, belikan saja SRBI dan SBN bunganya di atas 7 persen, dan zero risk,” kata dia.

Kondisi perbankan yang membeli SRBI dan SBN dalam jumlah besar, sambung dia, dapat dilihat dari porsi utang pemerintah yang melejit. 

Data kuartal III-2024, menunjukkan porsi utang pemerintah didominasi SBN sebesar 87,7 persen atau Rp7.483 triliun. Sementara, pinjaman hanya 12,3 persen atau Rp1.046 triliun.

“Dulu (porsinya) kira-kira 50 persen-50 persen. Utang dari SBN itu mudah. Kalau pinjaman, kita harus menulis proposal, harus lobi. Ada pengawasan dari donor,” imbuhnya.

Penulis :
Ahmad Munjin