Pantau - Kementerian Perindustrian terus mengakselerasi penerapan industri 4.0 di sektor manufaktur agar bisa lebih produktif dan berdaya saing global. Namun demikian, diperlukan kerja sama lintas sektoral, baik nasional maupun internasional.
Mengingat, sektor manufaktur memiliki tantangan besar yakni kesiapan infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia (SDM) hingga kesenjangan digital.
"Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan sangat diperlukan guna memastikan bahwa Indonesia dapat bersaing secara global dalam era digital ini,” Ujar Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian Andi Rizaldi
Guna menjawab tantangan tersebut, Kemenperin menjalin kerja sama bilateral dengan pemerintah Korea Selatan (Korsel) yang diwakilkan oleh International Economic Affairs Bureau Ministry of Economy and Finance (MOEF) terkait digitalisasi industri manufaktur di Indonesia.
Jalinan kerja sama bilateral ini dikukuhkan melalui penandatanganan Memorandum of Arrangement (MoA) pada 22 Januari 2025. Penandatanganan MoA dilakukan oleh Kepala Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan Kebijakan Jasa Industri (POPTIKJI) Priyadi Arie Nugroho dan Director of Trade Policy Coordination Division MOEF, Choi Dong Il.
Baca juga: KEK Batam Diminta Bersiap Rebut Relokasi Pabrik Asal Tiongkok
Kepala POPTIKJI, Priyadi Arie Nugroho menyetakan optimisme terhadap penerapan konsep Smart Factory yang akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas produksi, mengurangi biaya operasional, serta meningkatkan daya saing produk manufaktur Indonesia di pasar global.
“Dengan pengalaman Korea Selatan yang telah lebih dahulu berhasil mengembangkan ekosistem smart factory, kami optimistis bahwa kolaborasi ini akan menjadi inspirasi, panduan berharga dan langkah awal dalam melakukan lompatan besar bagi industri manufaktur Indonesia dalam bertransformasi,” paparnya.
Sementara itu, Choi Dong Il mendukung inisiatif kerja sama yang telah dipilih oleh Kemenperin untuk tahun 2025, yaitu pengembangan pedoman smart factory dalam menopang digitalisasi industri manufaktur di Indonesia.
Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing sektor manufaktur Indonesia, sekaligus mendorong kolaborasi antara perusahaan Korea Selatan dan Indonesia dalam menciptakan peluang untuk bermitra di pasar global.
“Kami berharap lebih banyak proyek baik seperti ini akan ditemukan di masa depan, dan proyek-proyek kerja sama ekonomi yang terkait dengan perdagangan akan terus memberikan peluang untuk memberi napas baru dalam hubungan perdagangan antara Korea dan Indonesia,” katanya.
Baca juga: Punya Potensi Besar, Indonesia Disebut Bisa Menjadi Raja Industri Pulp dan Kertas
Direktur Akses Industri Internasional (AII) Direktorat Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII), Dewi Muliana menyampaikan, kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri, ekspor, investasi, serta keterlibatan dalam rantai suplai global.
“Kerja sama dengan Korea Selatan yang dijajaki melalui penyampaian proposal The Digitalization of The Manufacturing Industry in Indonesia oleh POPTIKJI ini diharapkan dapat mempercepat transformasi digital di sektor industri manufaktur di Indonesia melalui penyusunan panduan untuk smart factory, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi sektor industri manufaktur di Indonesia,” tutur Dewi.
- Penulis :
- Tubagus Rachmat